Kabar terbaru datang dari ilmuwan He Jiankui di Tiongkok. Ia menggunakan metode CRISPR-cas9 dalam menjalankan rekayasa genetika. Tujuannya, untuk menghindarkan bayi dari kemungkinan HIV/AIDS yang dibawa oleh kedua orangtua.
Rekayasa genetika manusia ini menciptakan bayi kembar yang tahan HIV.
Table of Content
Seorang ilmuwan mengklaim telah berhasil melakukan rekayasa genetika terhadap bayi kembar perempuan, yang "dibuatnya" kebal terhadap HIV. Tujuan dari rekayasa genetika ini adalah menghindarkan bayi dari infeksi HIV.
Advertisement
Ini merupakan sebuah langkah yang serupa dengan vaksinasi genetika. Apakah ini etis? Apakah teknologi yang ada, sudah siap digunakan untuk keperluan tersebut?
Era rekayasa genetika masih belum bebas untuk dilakukan. Regulasi hukum dan etika ilmiah perlu dibuat guna memberikan batas-batas yang jelas dalam sebuah eksperimen rekayasa genetika.
Kabar terbaru datang dari ilmuwan He Jiankui di Tiongkok. Ia menggunakan metode CRISPR-cas9 dalam menjalankan rekayasa genetika. Tujuannya, untuk menghindarkan bayi dari kemungkinan HIV/AIDS yang dibawa oleh kedua orangtua.
Padahal, belum ditemukan hasil modifikasi genetika hingga tahun 2012. Eksperimen yang dilakukan He tersebut pun menuai kritik tajam, mulai dari asosiasi ilmuwan hingga pemerintah. Hingga saat ini, kontroversi dari eksperimen rekayasa He Jiankui masih bergulir.
Di luar kontroversi tersebut, apakah rekayasa genetika memang efektif untuk menekan risiko HIV/AIDS pada bayi?
Pada eksperimen tersebut, He mengklaim telah berhasil menciptakan bayi rekayasa genetika yang pertama ada di dunia. Lulu dan Nana adalah bayi kembar dari pasangan Mark dan Grace.
Mark adalah pengidap Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), yang berpeluang besar mewarisi penyakitnya kepada kedua anaknya.
Berdasarkan liputan video yang diunggah The He Lab, Lulu dan Nana dilahirkan melalui fertilisasi in-vitro (IVF) atau bayi tabung. Pada eksperimen tersebut, He melakukan rekayasa susunan DNA gadis kembar ini sejak dari embrio.
Tujuannya, untuk menyingkirkan gen yang berisiko terhadap infeksi virus HIV melalui metode CIRSPR-cas9 tersebut. He mengungkapkan, hasil operasi tersebut berhasil sesuai rencana.
“Ini membuktikan operasi gen tersebut aman, tidak ada gen yang diubah kecuali untuk mencegah infeksi HIV. Mereka aman dan sehat seperti bayi lainnya,” ujarnya.
Meski demikian, eksperimen He menuai kecaman. Kontroversi berawal dari pengumuman hasil kerja He di International Conference on Genome di Hongkong pada Senin, 26 November 2018. Yang menjadi sorotan ialah tidak adanya publikasi dari He mengenai waktu dimulainya eksperimen rekayasa genetika tersebut.
Registrasi uji klinisnya baru diajukan pada 8 November 2018. Ia memang mengeluarkan pengakuan tentang eksperimen ini. Namun ternyata, pengakuan terakhirnya pun merupakan publikasi pertama tentang eksperimen tersebut.
Associated Press menyebutkan bahwa para peserta eksperimen dirahasiakan. Para peserta pun dikhawatirkan belum memahami secara lengkap perihal risiko dan manfaatnya. Selain itu, dalam formulir persetujuan peserta, eksperimen ini disebut sebagai program “Pengembangan vaksin AIDS”.
Tertutupnya He akan proses sewaktu eksperimen ini membuat sebagian ilmuwan kecewa. Feng Zhang, salah satu penemu sistem CRISPR-Cas9 dan anggota inti MIT Broad Institute, Amerika Serikat mengatakan eksperimen He lakukan itu tidak transparan dan bertentangan dengan konsensus komunitas ilmuwan.
Baginya, ilmu pengetahuan harus terbuka karena sains bersifat kolaboratif dan komunikatif.
Setelah ramainya berita proyek rekayasa genetika tersebut, pemerintah Tiongkok mendeklarasikan bahwa eksperimen He Jiankui adalah tindakan yang melanggar hukum dan etika ilmiah, seperti dikutip Associated Press.
Menindaklanjuti isu ini, pemerintah Tiongkok pun sudah melakukan investigasi sejak 27 November 2018.
Dilansir dari CTTV State Television, Menteri Riset dan Teknologi Tiongkok, Xu Nanping, menegaskan bahwa pemerintah melarang keras proyek rekayasa yang dilakukan pada manusia. "Eksperimen tersebut sudah merusak moral dan etika yang tidak bisa diterima oleh pihak akademik,” ujarnya.
Eksperimen yang dilakukan He Jiankui menjadi kontroversi, melihat fakta bahwa penerapan rekayasa genetika masih dilarang untuk diterapkan pada manusia.
Akademis Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional Amerika Serikat pada 2017 menetapkan bahwa metode modifikasi gen dibenarkan secara etis untuk kebutuhan penelitian laboratorium.
Di luar itu, rekayasa genetika pada manusia masih diizinkan, sebatas untuk mengobati atau mencegah penyakit serius tanpa alternatif penyembuhan lain.
Advertisement
Ditulis oleh Giasinta Angguni Pranandhita
Referensi
Artikel Terkait
Kenali berbagai fakta penting tentang HIV agar Anda dapat lebih waspada mengenai penyakit mematikan ini dan terhindar dari penularan HIV.
2 Mei 2019
Efek samping obat ARV jangka pendek adalah pusing, mual, demam, kelelahan, ruam kulit, hingga diare. Gejala efek samping ini biasanya muncul dalam waktu beberapa minggu saat konsumsi obat dan bisa hilang dengan sendirinya.
16 Okt 2023
Alergi sperma akan menyulitkan penderitanya untuk memiliki keturunan. Cara agar cepat hamil dalam kondisi ini dapat dilakukan dengan prosedur IUI dan bayi tabung.
28 Jun 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved