Penyebab plasenta bayi tertinggal dalam rahim adalah kontraksi rahim yang kurang mencukupi atau bahkan sudah hilang. Akibat plasenta tertinggal dalam rahim adalah pendarahan yang dialami oleh ibu.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
28 Mei 2019
Plasenta tertinggal dalam rahim dapat menyebabkan berbagai komplikasi, dimulai dari perdarahan hingga kematian.
Table of Content
Setiap proses persalinan memiliki risiko komplikasi yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah plasenta tertinggal dalam rahim atau dikenal dengan retensio plasenta.
Advertisement
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta, baik seluruhnya atau sebagian, tidak bisa keluar dari rahim setelah proses persalinan. Komplikasi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat yang mengancam jiwa ibu.
Baca Juga
Plasenta adalah organ yang berperan penting selama kehamilan. Plasenta berfungsi untuk mengantarkan darah dari ibu ke janin sehingga bayi memperoleh pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan.
Dalam proses melahirkan bayi, plasenta akan dikeluarkan setelah bayi lahir. Dikutip dari American Pregnancy, umumnya, plasenta atau ari-ari akan keluar dari rahim secara alami dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.
Pengeluaran plasenta ini memungkinkan rahim berkontraksi secara sempurna sehingga menutup pembuluh darah rahim yang masih terbuka. Apabila proses ini terganggu, ibu akan mengalami perdarahan.
Bahkah, jika tidak segera ditangani, plasenta yang tertinggal dalam rahim dapat menyebabkan infeksi hingga mengancam nyawa ibu.
Baca juga: Perdarahan Hingga Plasenta Tertahan, Ini 7 Tanda Bahaya Persalinan
Gejala utama retensio plasenta adalah ketika plasenta masih tertinggal di dalam tubuh setelah satu jam pascapersalinan. Bila masih ada plasenta yang tertinggal dalam rahim, ibu akan mulai merasakan gejala seperti berikut:
Risiko retensi plasenta ini akan lebih besar apabila ibu menjalankan kehamilan pada usia di atas 30 tahun, kelahiran bayi secara prematur pada usia di bawah 34 minggu, serta proses persalinan memanjang pada kala 1 dan 2.
Plasenta bayi dapat tertinggal dalam rahim apabila kontraksi rahim menghilang atau kontraksi yang dihasilkan tidak mencukupi sehingga plasenta bayi tidak dapat lepas dari dinding rahim. Kondisi ini dinamakan dengan atoni uterus.
Selain karena kontraksi rahim yang tidak sempurna, penyebab retensio plasenta juga bisa dikarenakan kondisi berikut ini:
Salah satu penyebab plasenta bayi dapat tertinggal dalam rahim adalah karena kontraksi rahim menghilang atau kontraksi yang dihasilkan tidak mencukupi, sehingga plasenta bayi tidak dapat lepas dari dinding rahim.
Akibatnya, plasenta pun tetap melekat dengan longgar pada dinding rahim. Ini menjadi retensio plasenta yang paling umum terjadi.
Plasenta keluar dari rahim, namun terperangkap di belakang leher rahim. Ini umumnya terjadi karena serviks mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan sehingga terjebak di belakangnya.
Pada kasus tertentu, penyebab plasenta tertinggal dalam rahim dikarenakan sebagian atau seluruh plasenta menempel pada dinding rahim. Plasenta bayi bisa menempel pada dinding rahim hingga menembus dan menginvasi organ di sekitar rahim.
Berdasarkan tingkat keparahannya, perlekatan plasenta bayi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta.
Pada plasenta akreta, plasenta bayi menempel erat pada dinding rahim, sedangkan pada plasenta inkreta, plasenta menempel lebih dalam hingga menginvasi otot dinding rahim.
Kasus yang paling berat dan paling jarang terjadi adalah plasenta perkreta. Pada kondisi ini, plasenta menembus dinding rahim dan dapat menginvasi organ di sekitar rahim, seperti kandung kemih dan rektum.
Retensi plasenta juga mungkin diakibatkan karena plasenta terjebak dalam rahim. Hal ini terjadi ketika serviks yang menutup sebagian atau seluruhnya sehingga plasenta yang telah terlepas dari dinding rahim tidak dapat dikeluarkan.
Pengeluaran plasenta bayi dilakukan setelah bayi lahir. Oleh karena itu, plasenta bayi yang tertinggal tidak menyebabkan komplikasi pada bayi.
Komplikasi utama akibat plasenta yang tertinggal dan tidak keluar adalah perdarahan pada ibu (perdarahan postpartum). Ini karena plasenta yang masih tertahan di dalam rahim membuat pembuluh darah belum bisa tertutup dengan benar, sehingga menyebabkan ibu bisa mengalami perdarahan.
Hal ini terjadi apabila plasenta bayi tidak keluar dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Perdarahan ibu yang tidak kunjung berhenti bisa berakibat pada kondisi syok hemoragik.
Kondisi ini membutuhkan pertolongan darurat segera dan ibu akan dipersiapkan untuk menjalani transfusi darah. Perdarahan akan terus dialami oleh ibu selama plasenta yang tertinggal belum dikeluarkan.
Retensi plasenta juga bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder. Kondisi ini mungkin terjadi bila hanya sebagian kecil plasenta yang tertinggal.
Perdarahan postpartum sekunder terjadi pada waktu lebih dari 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.
Setelah persalinan, mungkin ibu hanya mengalami sedikit perdarahan dalam batas normal. Namun, pada hari ke 10-12 setelah melahirkan, ibu bisa saja mengalami perdarahan hebat.
Ibu dapat mengalami nyeri perut hebat selama 2-3 minggu setelah melahirkan. Selain itu, ada kemungkinan terjadi demam, penurunan produksi ASI, dan keputihan dari kemaluan yang berbau.
Bila ibu mencurigai ada plasenta yang tertinggal, segera berkonsultasi dengan dokter agar dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Baca juga: Waspadalah, Kelainan Plasenta Ini Bisa Bahayakan Nyawa Anda dan Janin
Mengatasi retensio plasenta yang utama adalah melakukan usaha untuk mengeluarkan seluruh bagian plasenta dari dalam rahim. Plasenta pada dasarnya bisa keluar dengan sendirinya, namun harus ada sejumlah usaha yang dilakukan untuk membuatnya keluar dari rahim ibu.
Adapun cara mengeluarkan plasenta yang tertinggal di dalam rahim adalah:
Selalu konsultasikan pada dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Jangan sampai kondisi ini diabaikan dan malah akan membahayakan diri Anda.
Jika ingin berkonsultasi langsung dengan dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Giovanni Jessica
Referensi
Artikel Terkait
Selama hamil, Anda bisa saja mengalami komplikasi seperti kelainan plasenta selama masa kehamilan. Kondisi plasenta bermasalah ini dapat berupa kelainan letak hingga kelainan perlekatan.
31 Mei 2019
Letak plasenta normal sangat memengaruhi proses persalinan Anda. Posisi plasenta yang normal pada ibu hamil adalah berada di bagian depan, belakang, atau sisi samping dari rahim.
31 Mei 2019
Fungsi plasenta meliputi sumber nutrisi janin, melindungi janin dari infeksi bakteri, memberikan antibodi, hingga membuat sisa metabolisme dari darah janin.
25 Apr 2023
Diskusi Terkait di Forum
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved