Perdarahan post partum adalah perdarahan setelah melahirkan. Penyebab perdarahan post parfum ada 4T, yaitu: tonus uterus, trauma jalan lahir, tisu, dan trombin.
30 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Proses melahirkan bisa menyebabkan perdarahan post partum
Table of Content
Kelahiran bayi merupakan proses yang berisiko bagi ibu maupun bayi. Salah satu risiko komplikasi yang ditakutkan adalah perdarahan post partum. Perdarahan ini menjadi salah satu penyebab terbesar kematian ibu setelah melahirkan.
Advertisement
Seseorang dikatakan mengalami pendarahan post partum apabila kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah melahirkan normal, atau lebih dari 1000 ml bila melakukan persalinan lewat operasi sectio caesaria (caesar).
Berapa lama darah yang keluar setelah melahirkan? Kondisi ini mungkin terjadi kurang dari 24 jam pasca kelahiran atau pendarahan post partum primer. Namun, bisa juga terjadi dalam periode lebih dari 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Hal ini disebut dengan perdarahan post partum sekunder.
Baca Juga
Perdarahan setelah melahirkan biasanya muncul dalam kurun waktu 24 jam atau sekitar 12 minggu setelah melahirkan. Adapun jenis perdarahannya terbagi menjadi dua, yaitu:
Kondisi ini menyebabkan Anda kehilangan lebih dari 500 ml darah dalam kurun waktu 24 jam pertama. Pendarahan postpartum primer ini bisa terjadi pada sekitar 5 dari 100 wanita.
Hemoragic postpartum atau PPH sekunder adalah kondisi ketika Anda mengalami perdarahan vagina hebat atau abnormal yang terjadi saat 24 jam pertama setelah melahirkan sampai 12 minggu pascapersalinan.
Jika tubuh Anda mengalami kehilangan darah hingga lebih dari 100 ml setelah melahirkan (PPH mayor), Anda akan membutuhkan penanganan medis segera.
Terdapat empat hal yang menjadi penyebab pendarahan pascamelahirkan yang utama atau perdarahan post partum primer. Penyebab yang paling umum adalah tonus uterus yang kurang atau atonia uterus, yaitu kondisi rahim yang tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk menghentikan perdarahan.
Penyebab-penyebab lainnya, yaitu adanya trauma jalan lahir, sisa plasenta atau bekuan darah, dan gangguan pembekuan darah seperti berikut:
Sebesar 70% penyebab dari perdarahan post partum disebabkan oleh tonus atau kontraksi uterus yang terganggu. Dalam keadaan normal, dengan kontraksi uterus yang cukup kuat, pembuluh darah akan tertutup dan perdarahan akan berhenti. Apabila pembuluh darah tetap terbuka, maka perdarahan akan terus berlangsung.
Beberapa kondisi yang menyebabkan gangguan kontraksi uterus, antara lain:
Baca juga: Mengenal Atonia Uteri, Kondisi Rahim Gagal Kembali Berkontraksi Setelah Bayi Lahir
Kondisi ini terjadi pada proses persalinan normal. Trauma jalan lahir pada umumnya berupa robekan pada vagina. Kondisi ini terjadi saat proses melahirkan normal. Dalam proses melahirkan ini, terkadang akan dilakukan pemotongan secara sengaja atau episiotomi untuk memperbesar jalan lahir. Robekan juga bisa terjadi pada daerah serviks.
Apabila trauma pada jalan lahir tidak segera ditemukan dan dilakukan penjahitan, ibu dapat terus mengalami perdarahan.
Retensi plasenta adalah keadaan di mana plasenta tidak dapat dikeluarkan lebih dari 30 menit sejak bayi lahir. Keadaan ini menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara sempurna. Dikutip dari American Pregnancy, retensi plasenta bisa mengakibatkan terjadinya perdarahan post partum. Selain itu, plasenta yang menetap dalam rahim dapat menimbulkan infeksi pada ibu.
Setelah plasenta berhasil keluar, dokter atau penolong persalinan lainnya akan memeriksa kelengkapan dari plasenta. Tindakan ini dilakukan karena adanya sisa plasenta yang juga mampu menyebabkan perdarahan post partum. Mekanisme yang mendasari sama dengan mekanisme pada retensi plasenta.
Perdarahan post partum yang disebabkan karena masalah plasenta ini akan berhenti bila plasenta atau sisa plasenta berhasil dikeluarkan. Dokter akan mencoba melakukan stimulasi untuk merangsang kontraksi uterus atau mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Cara yang kedua ini memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi.
Perdarahan post partum yang disebabkan oleh gangguan pembekuan darah merupakan penyebab yang paling jarang terjadi. Seringkali seorang ibu tidak menyadari kondisi ini hingga terjadi perdarahan yang tidak kunjung berhenti.
Diagnosis gangguan pembekuan darah bisa dilakukan lewat pemeriksaan faktor pembekuan darah dan platelet. Apabila terjadi perdarahan akibat hal ini, perlu disiapkan fresh frozen plasma, yaitu transfusi darah yang mengandung faktor pembekuan darah.
Gejala pendarahan postpartum sulit untuk terlihat dengan mudah. Berikut adalah ciri-ciri perdarahan setelah melahirkan yang kerap terjadi:
Perdarahan pascapersalinan berpotensi dialami semua wanita yang melahirkan, baik melalui proses spontan, maupun operasi Caesar.
Baca juga: Lokia, Cairan Vagina yang Keluar Setelah Melahirkan
Darah nifas yang keluar lebih dari 40 hari setelah melahirkan bisa saja terjadi. Pasalnya, durasi waktu masa nifas memang tidak dapat dipastikan. Artinya, jika Anda baru saja melahirkan dan melewati masa nifas lebih dari 40 hari, hal ini bukan suatu masalah yang perlu dikhawatirkan. Kurun waktu nifas juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti menyusui, jumlah gizi anak, atau faktor lainnya yang dapat mempengaruhi.
Untuk mengatasi kondisi ini, Anda mungkin membutuhkan pembalut khusus untuk masa nifas. Ketika perdarahan menjadi lebih ringan, ganti pembalut dengan pembalut haid biasa. Rutinlah mengganti pembalut yang digunakan untuk mencegah infeksi. Sebaiknya, Anda tidak memakai tampon sebelum dokter mengizinkannya.
Pada keadaan akut, saat kehilangan banyak darah, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan cairan pengganti melalui infus. Selanjutnya pengobatan dilakukan sesuai dengan penyebab dari perdarahan tersebut.
Sejumlah penanganan perdarahan postpartum yang bisa dilakukan adalah:
Jika kondisi yang terjadi lebih berat, mungkin dokter akan melakukan tindakan lapartomi (pembedahan perut) untuk menemukan penyebab perdarahan. Tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah histerektomi atau pengangkatan rahim untuk menghentikan pendarahan postpartum.
Apakah terjadinya pendarahan postpartum bisa dicegah? Tidak ada cara pasti untuk mencegah kondisi ini. Namun, ibu hamil bisa meminimalisir kemungkinan terjadinya perdarahan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mengetahui risiko terjadinya komplikasi persalinan.
Anda disarankan segera menghubungi dokter, jika tekanan darah menjadi sangat rendah, akibat perdarahan tersebut. Sebab jika tekanan darah terlampau rendah, organ-organ tubuh akan kekurangan darah. Keluhan lain yang harus diperhatikan adalah keluarnya keringat dingin, penurunan kesadaran, hingga demam.
Dokter kemudian akan melakukan diagnosis pendarahan setelah melahirkan denagn melihat volumen perdarahan. Seorang dikatakan menderita postpartum saat perdarahan yang terjadi lebih dari 500 cc dalam 24 jam pascapersalinan.
Jika Anda ingin berkonsultasi pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bengkung adalah kain yang membalut area perut ibu setelah melahirkan. Cara tradisional ini terbukti mampu menjaga posisi perut dan membantu proses pemulihan lebih cepat.
Sejumlah perubahan pada tubuh setelah melahirkan patut untuk diwaspadai, karena mungkin bisa menjadi tanda bahaya masa nifas, seperti salah satunya ketika mengalami perdarahan hebat hingga wasir.
Ada macam-macam jenis persalinan yang bisa jadi pertimbangan. Selain keselamatan ibu dan bayi, kenyamanan juga bisa jadi pertimbangan ibu untuk memilih metode persalinan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved