Perdarahan antepartum umumnya terjadi setelah usia kehamilan 24 minggu hingga sebelum persalinan yang bisa disebabkan salah satunya karena ada kelainan pada plasenta. Pendarahan sebelum melahirkan bisa membuat bayi lahir prematur.
1 Mei 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi saat usia kehamilan masuk usia 24 minggu
Table of Content
Perdarahan antepartum adalah perdarahan sebelum melahirkan melalui vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu hingga sesaat sebelum bayi lahir. Ini merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan segera.
Advertisement
Perdarahan yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya, baik bagi ibu maupun bayi. Namun apabila penanganan segera dilakukan, maka risiko terjadinya komplikasi bisa menurun.
Baca Juga
Menurut ahli, ibu hamil harus mewaspadai terjadinya perdarahan. Hal ini dapat menjadi tanda bahaya yang bisa mengancam janin maupun sang ibu.
Jika perdarahan hebat terjadi saat usia kehamilan muda, kemungkinan mengalami keguguran bisa terjadi. Sedangkan, pendarahan saat hamil tua dapat menjadi tanda plasenta menutupi jalan lahir.
Perdarahan yang terjadi setelah usia kehamilan memasuki 24 minggu atau perdarahan antepartum, tidak selalu berbahaya. Namun, jika volume darah yang keluar cukup banyak dan disertai dengan rasa sakit atau gangguan kesehatan lainnya, maka ada kemungkinan kehamilan Anda sedang terganggu.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan keluar darah saat hamil tua yaitu abrupsi plasenta, plasenta previa, dan vasa previa.
Abrupsi plasenta atau solusio plasenta adalah kondisi lepasnya plasenta dari rahim. Ada beberapa hal yang diyakini bisa memicu kondisi ini, yaitu kurangnya suplai darah ke plasenta dan benturan keras akibat kecelakaan.
Perdarahan yang terjadi akibat kondisi ini biasanya volumenya cukup banyak, tapi tidak terlalu terlihat. Sebab, banyak genangan darah yang terjebak di belakang plasenta.
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko lebih tinggi terkena abrupsi plasenta, di antaranya:
Baca juga: Komplikasi Kehamilan yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil
Seorang ibu hamil disebut mengalami plasenta previa apabila posisi plasentanya menutupi serviks atau leher rahim yang merupakan jalur lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan keluar darah saat hamil tua tapi belum kontraksi, meski seringkali terjadi tanpa disertai rasa sakit.
Pada beberapa kasus, posisi plasenta bisa bergeser dengan sendirinya saat usia kandungan memasuki 32-35 minggu. Sebab pada usia kehamilan tersebut, rahim bagian bawah sudah mulai membesar dan menipis sehingga plasenta tidak lagi menutupi serviks.
Saat plasenta previa bisa teratasi, maka persalinan dapat dilakukan dengan cara normal. Sebaliknya, jika plasenta masih menutupi serviks yang merupakan jalur lahir, maka persalinan perlu dilakukan sebelum hari perkiraan lahir (HPL) dengan operasi Caesar.
Faktor risiko plasenta previa tidak jauh berbeda dengan abrupsi plasenta. Satu hal yang membedakan adalah pada plasenta previa, riwayat kuretase bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
Pada tali pusar terdapat pembuluh darah yang berfungsi memberikan asupan makanan untuk oleh janin. Pada orang yang mengalami vasa previa, pembuluh darah tersebut tumbuh secara berlebihan sehingga menutupi serviks dan jalur lahir.
Saat persalinan tiba, pembuluh darah yang menutupi jalur lahir itu bisa pecah, dan membuat janin kekurangan pasokan darah dan membuat ibu mengalami perdarahan antepartum. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa menyebabkan kematian bayi.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya vasa previa antara lain:
Gejala utama dari pendarahan anterpartum adalah keluarnya darah dari vagina. Perdarahan sebelum melahirkan ini bisa disertai rasa nyeri atau tidak. Jika disertai rasa nyeri, maka kemungkinan perdarahan disebabkan oleh plasenta yang robek. Jika tidak disertai nyeri, kemungkinan penyebab pendarahan adalah plasenta previa.
Gejala lain yang bisa menyertai kondisi ini adalah timbulnya kontraksi rahim. Ibu hamil juga bisa merasakan gejala syok hipovolemik akibat kehilangan banyak darah.
Syok hipovolemik dapat menimbulkan tanda-tanda seperti linglung, pucat, bernapas dengan cepat, lemas, hingga pingsan.
Terjadinya pendarahan saat hamil 6 bulan atau perdarahan antepartum bisa menyebabkan berbagai komplikasi baik pada ibu maupun bayi. Pada ibu, beberapa dampak perdarahan antepartum yang dapat terjadi antara lain:
Semantara itu untuk bayi, komplikasi yang terjadi antara lain:
Mungkin Anda bisa mengalami keluar darah saat hamil 6 bulan tapi tidak sakit. Meski begitu, jika mengalaminya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Mengenal Perdarahan Post Partum Setelah Melahirkan yang Bisa Mengancam Jiwa
Ibu hamil yang mengalami perdarahan harus segera memeriksakan diri ke dokter. Saat melakukan pemeriksaan, dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan dan gejala lain yang dialami selain perdarahan.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kehamilan serta keguguran yang pernah dialami. Perdarahan yang terjadi disertai dengan pecahnya air ketuban menandakan persalinan harus segera dilakukan.
Selain itu, pemeriksaan darah seperti tes darah lengkap juga mungkin dilakukan agar dokter bisa lebih mudah menegakkan diagnosis penyebab perdarahan antepartum yang terjadi.
Apabila perdarahan disebabkan oleh abrupsio plasenta atau plasenta previa, maka diperlukan rawat inap di rumah sakit. Dokter akan terus memonitor perkembangan kesehatan ibu dan janin. Apabila perdarahan sudah berhenti, maka ibu hamil boleh pulang dan dianjurkan untuk memperbanyak aktivitas jalan kaki.
Namun, jika perdarahan tidak kunjung berhenti dan usia kehamilan sudah mendekati HPL, maka dokter akan menyarankan persalinan secepatnya. Persalinan bisa dilakukan secara normal maupun melalui operasi Caesar, tergantung dari kondisi ibu dan bayi.
Lain halnya jika sudah terjadi kondisi gawat janin. Timbulnya kondisi ini merupakan indikasi adanya pengurangan volume darah. Jika hal tersebut terjadi, dokter harus segera mengeluarkan janin tanpa perlu lagi mempertimbangan usia kehamilan.
Jika ingin berkonsultasi langsung dengan dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Warna keputihan saat hamil mampu menggambarkan adanya infeksi pada alat kelamin wanita. Idealnya, warna keputihan yang normal pada ibu hamil adalah putih susu atau bening seperti putih telur.
Perut sakit saat hamil adalah kondisi yang umum terjadi sehubungan dengan bertambah besarnya ukuran rahim. Penyebab perut sakit pada ibu hamil umumnya disebabkan oleh nyeri akibat peregangan, kembung, dan sembelit.
Manfaat sirsak untuk ibu hamil sangat beragam, mulai dari meningkatkan sistem imun, menyehatkan pencernaan, hingga melawan bakteri.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved