Saat mengalami kejang demam, anak akan menjadi kaku, mengejang, dan matanya terbelalak. Anak juga akan mengalami gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan-5 tahun, meski paling sering pada anak berusia 12-18 bulan.
3.12
(67)
7 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Demam pada anak memang bisa memicu kejang demam.
Table of Content
Saat anak mengalami demam, tentu Anda perlu bersikap waspada. Namun bukan berarti Anda harus panik.
Advertisement
Demam pada anak memang bisa memicu kejang demam. Biasanya, kondisi ini dialami anak dengan suhu tubuh lebih dari 38 C. Saat kejang demam terjadi, Anda harus tetap tenang dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan.
Baca Juga
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada anak akibat meningkatnya suhu tubuh (demam). Kondisi ini dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun, meski paling umum terjadi pada anak berusia 12-18 bulan. Akan tetapi, hanya sebagian kecil anak-anak yang mengalami kejang demam.
Anak-anak yang berusia kurang dari satu tahun saat mengalami kejang demam, memiliki risiko sekitar 50% untuk kembali mengalaminya. Sementara itu, anak-anak yang berusia di atas satu tahun, hanya berisiko 30% untuk terkena kejang demam kembali.
Tubuh anak yang mengalami kejang demam akan menjadi kaku, mengejang, dan matanya terbelalak. Selain itu, anak akan mengalami gangguan pernapasan, warna kulit menjadi lebih gelap, muntah, buang air kecil tak terkontrol, tidak merespons dalam beberapa saat, atau pingsan.
Penyebab pasti kejang demam sebetulnya belum diketahui. Namun, umumnya kejang demam dikaitkan dengan demam tinggi akibat infeksi maupun pasca imunisasi. Selain itu, salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko kejang demam pada anak, yaitu faktor genetik.
Kejang biasanya hanya terjadi sekitar beberapa menit, meski dapat pula berlangsung hingga 15 menit, walau jarang. Sementara itu, pada kejang demam kompleks, anak akan mengalami lebih dari sekali dalam 24 jam.
Kondisi ini hanya melibatkan satu sisi tubuh. Untuk mengatasi kejang demam pada anak, lakukan langkah-langkah berikut ini.
Selain itu, ada sejumlah hal yang tidak boleh Anda lakukan, saat anak mengalami kejang demam, seperti:
Anda dapat menghubungi dokter ketika kejang demam anak telah berhenti. Dokter akan memeriksa dan mengobati penyebab demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam susulan. Obat-obatan seperti ibuprofen, dan acetaminophen dapat membantu menurunkan demam.
Selain itu, segera hubungi dokter jika dalam 5 menit kejang tidak berhenti, anak kesulitan bernapas, tubuhnya membiru, tidak merespons dengan normal, dan kejang hanya melibatkan beberapa bagian tubuh.
Dokter mungkin akan memberi obat antikejang untuk menghentikan kejang yang terjadi pada anak. Sementara itu, bila kejang demam pada anak kompoleks, maka dokter mungkin akan merekomendasikan electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otaknya.
Jika anak Anda mengalami kejang demam, janganlah lantas memikirkan hal yang buruk. Kejang demam memang terlihat serius. Namun pada kebanyakan kasus, kejang demam dapat berhenti tanpa pengobatan apapun. Kejang demam umumnya tidaklah berbahaya, karena tidak menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Bila anak Anda mengalami demam, maka lakukanlah antisipasi untuk mencegah terjadinya kejang demam. Caranya, dengan menurunkan demamnya sesegera mungkin. Jika Anda merasa khawatir, konsultasikan keadaan anak pada dokter.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Sanitasi adalah usaha untuk menciptakan keadaan yang baik di bidang kesehatan. Upaya ini berhubungan erat dengan kebersihan air.
Sawan pada bayi kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Padahal, hal ini bisa juga diartikan sebagai kejang epilepsi. Kejang terjadi ketika satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal normal otak.
Kejang pada bayi biasanya hanya terjadi di bagian tubuh tertentu. Kondisi ini terlihat seperti gerakan bayi pada umumnya, namun biasanya gerakannya berulang dan identik setiap kali terjadi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Supiah Sandra Dewi Sangadji
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Sri Wulantini
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved