Infantilisasi adalah situasi ketika orang dewasa diperlakukan seperti anak-anak. Padahal, tidak ada aspek mental, fisik, sosial, atau intelektualnya yang memerlukan penanganan seperti itu. Orangtua kerap terjebak membuat anak merasa diperlakukan seperti anak kecil, terlebih yang berada dalam helicopter parenting.
2023-03-24 16:52:13
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Infantilisasi bisa terjadi sejak masa anak-anak
Table of Content
Infantilisasi adalah situasi ketika orang dewasa diperlakukan seperti anak-anak. Padahal, tidak ada aspek mental, fisik, sosial, atau intelektualnya yang memerlukan penanganan seperti itu. Orangtua kerap terjebak membuat anak merasa diperlakukan seperti anak kecil, terlebih yang berada dalam helicopter parenting.
Advertisement
Selain antara hubungan anak dan orangtua, infantilisasi bisa terjadi pada hubungan pertemanan dan juga asmara. Terlebih, jika salah satu pihak menunjukkan superioritas atau merasa lebih mendominasi yang lain.
Perlu digarisbawahi bahwa infantilisasi berarti memperlakukan seorang individu lebih rendah dari sosoknya semestinya. Selain diperlakukan seperti anak kecil, juga dianggap sebagai korban atau pihak yang lemah.
Infantilisasi tidak hanya terjadi pada hubungan orangtua dan anak. Pada setiap bentuk hubungan, infantilization bisa saja terjadi. Ciri-cirinya adalah:
Ketika hal-hal di atas terjadi, artinya seseorang tengah melakukan infantilisasi kepada lawan bicaranya. Bisa saja, seseorang melakukannya tanpa sadar. Oleh sebab itu, jika terdeteksi melakukan hal ini, sebaiknya segera menahan diri dan biarkan lawan bicara mengambil keputusannya sendiri.
Ada banyak sekali alasan mengapa seseorang bisa melakukan infantilisasi. Namun benang merahnya sama, yaitu demi memegang kendali. Mungkin maksudnya tidak buruk, seperti orangtua yang terlalu mengatur anak karena rasa sayang namun perwujudannya kurang tepat.
Lebih jelasnya, berikut ini penyebab terjadinya infantilisasi pada kedua jenis hubungan:
Orangtua yang terlalu mengatur akan membuat anak terus-menerus meragukan dirinya. Ketika tumbuh besar pun, mereka akan menghadapi kesulitan untuk mengambil keputusan dan menjadi sosok yang mandiri.
Bahkan, ada orangtua yang melakukan infantilisasi kepada anak mereka ketika menginjak dewasa agar anak tidak salah jalan. Mereka khawatir ketika anak mengambil keputusan yang salah, ini akan mencoreng nama baik orangtua.
Lagi-lagi, akarnya adalah keinginan orangtua untuk menjaga dominasinya atas anak. Sayangnya, dalam jangka panjang ini hanya akan membentuk sosok anak yang tidak bisa mandiri dan berperilaku selayaknya orang dewasa.
Hubungan pertemanan maupun asmara juga bisa memposisikan seseorang diperlakukan seperti anak kecil. Mungkin saja, ini dilakukan untuk mengendalikan orang lain. Caranya dengan membuat mereka terus-menerus meragukan keputusannya.
Ini berlaku pula sebaliknya. Seseorang yang meminta diperlakukan seperti infantilisasi, mungkin cara untuk membuat dirinya tampak tak berdaya. Dengan cara ini, dimunculkan persepsi bahwa ia tidak bisa mengurus diri sendiri.
Mudahnya seperti yang terlihat ketika seseorang mengecilkan dirinya sendiri demi memanipulasi orang lain. Tujuannya agar orang lain mau memberikan bantuan.
Apapun bentuknya, infantilisasi dalam hubungan berarti ada hal yang tidak transparan. Komunikasi menemui jalan buntu dan harus diatasi.
Umumnya, dampak dari infantilisasi bisa berlangsung dalam jangka panjang. Baik bagi anak yang kerap diperlakukan seperti anak kecil maupun dalam hubungan asmara atau pertemanan, dampaknya serupa yaitu:
Ketika dampak infantilisasi ini sampai mengganggu kehidupan seperti sekolah, bekerja, rumah tangga, dan seterusnya saat sudah memiliki anak, tak ada salahnya berkonsultasi dengan ahlinya.
Hal paling membahayakan dari infantilisasi adalah menghancurkan kepercayaan diri seseorang. Rupanya, bukan hanya itu. Aspek kesehatan mental lainnya juga bisa terdampak.
Sebut saja, orang yang diperlakukan seperti anak kecil kerap tidak menyadari terperangkap dalam hubungan seperti itu. Bahkan saking lamanya situasi ini berjalan, ada pembenaran dan dianggap sebagai hal yang normal.
Apabila ingin mengatasi bersama terapis atau pakar kesehatan mental, akan dicari tahu kalimat atau tindakan yang cenderung bersifat infantilisasi. Kemudian, pasien akan diminta mengenalinya.
Dari situ, akan lebih mudah mendeteksinya saat terjadi. Kemudian terapis akan mengajarkan bagaimana reaksi dan respons yang tepat agar tidak terjebak di dalamnya.
Baca Juga
Tulisan ini bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang kerap diperlakukan seperti anak kecil. Sebab, bisa saja seseorang melakukan orang lain dengan cara infantilisasi, namun tidak menyadarinya.
Bukan bermaksud jahat, bisa saja infantilisasi ini diperlakukan karena merasa begitu peduli, ingin melindungi, tak mau kehilangan, dan sebagainya. Niatnya baik. Hanya saja, cara penerapannya salah dan justru bisa berdampak bahaya.
Pada kedua situasi ini, pastikan tahu apa yang harus dilakukan. Ketika diperlakukan seperti anak kecil, beranilah mengambil sikap.
Baca Juga
Sebaliknya ketika menjadi pelaku infantilisasi, segera hentikan dan biarkan orang lain mengambil keputusan dan memegang kendali sebagaimana mestinya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar dampak dari infantilisasi terhadap kesehatan mental seseorang, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Individu yang emotionally unavailable memiliki kesulitan untuk mengekspresikan atau menangani emosi, serta tidak bisa dekat dengan orang lain secara emosional. Hal ini membuat mereka biasanya terlihat angkuh atau dingin.
Setiap pilihan, tindakan, dan persepsi pasti dipengaruhi emosi dasar manusia. Pada tahun 1970an, psikolog Paul Eckman mengidentifikasi perasaan ini menjadi 6 kategori. Hingga kini, jenis-jenis emosi dan penjabarannya pun terus berkembang.
Makanan pencuci mulut identik dengan berbagai kue dan es krim yang tinggi kalori dan gula. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena Anda dapat membuat kudapan pencuci mulut yang lebih sehat di rumah dengan bahan-bahan seperti pisang, cokelat hitam, dan kurma.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved