Badai sitokin adalah reaksi abnormal sistem imun. Sitokin berperan sebagai alarm untuk memerintahkan sistem imun melawan penyakit. Namun, jumlah sitokin yang terlalu banyak membuat sistem imun terus bekerja dan menyebabkan peradangan ekstrem.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
23 Agt 2021
Badai sitokin bisa berakibat fatal bagi penderita Covid-19 (Sumber gambar: Stefano Guidi/Shutterstock)
Table of Content
Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Protein ini bertugas untuk menyerang virus dan menghentikan infeksi. Akan tetapi, jumlahnya yang berlebihan bisa menyebabkan badai sitokin.
Advertisement
Istilah ini kemudian kian populer saat pandemi Covid-19 terjadi. Badai sitokin atau cytokine storm merupakan sebuah kindisi gawat darurat yang meningkatkan risiko meninggal dunia. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Badai sitokin (cytokine storm) adalah reaksi berlebihan (abnormal) sistem imun tubuh akibat terlalu banyak memproduksi protein kekebalan, yang bernama sitokin. Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan hebat pada tubuh dan menyebabkan kegagalan fungsi organ.
Menurut National Cancer Institute, sitokin sebenarnya adalah komponen penting dalam sistem imun yang bertugas memberikan sinyal dan reaksi untuk melakukan mekanisme pertahanan terhadap serangan penyakit.
Meski demikian, kadar sitokin yang berlebihan justru dapat membahayakan tubuh. Pasalnya, pelepasan sitokin dalam jumlah banyak akan membuat sel-sel kekebalan terus mengirimkan sinyal bahaya secara berlebihan. Sel ini bahkan dapat terus bekerja sekalipun infeksi utamanya sebenarnya telah sembuh.
Akibatnya, sinyal yang berlebihan mengganggu fungsi normal tubuh dan terjadi peradangan hebat pada area tubuh yang terdampak. Kondisi ini bisa berakibat fatal dan meningkatkan risiko kematian apabila tidak segera ditangani. Parahnya, badai sitokin bisa lebih berbahaya dari penyakit utama yang terjadi.
Baca Juga
Lantas, apa kaitan antara cytokine storm dan COVID-19? Seperti yang sudah dijelaskan, gangguan kesehatan ini terjadi akibat abnormalitas respons sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit.
Saat SARS-CoV-2 menyerang paru-paru, sitokin akan menuju organ pernapasan dan mengikatkan diri pada reseptor sel. Nantinya, sel-sel kekebalan tubuh akan menyusul ke paru-paru untuk mulai melakukan perlawanan terhadap virus.
Normalnya, sitokin akan berhenti bekerja saat sel imun tiba di paru-paru yang terinfeksi. Namun, dalam kasus badai sitokin, protein ini akan terus mengirimkan sinyal yang menyebabkan sel-sel kekebalan datang terus-menerus padahal infeksi sudah mereda.
Dalam kondisi normal, peradangan yang terjadi sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh sedang melawan penyakit. Akan tetapi, sel kekebalan yang datang secara berlebihan membuat peradangan ekstrem pada paru-paru.
Peradangan tersebut bahkan dapat tetap terjadi kendati infeksi virus sudah berhasil diatasi.
Menurut ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University, Mukesh Kumar, PhD, kondisi ini dapat menyebabkan kematian sel dan jaringan pada paru-paru.
Itu sebabnya, badai sitokin ini sangat berbahaya bagi penderita COVID-19 sehingga memerlukan penanganan khusus.
Penyebab badai sitokin sendiri hingga saat ini belum diketahui. Para ahli berpendapat bahwa kondisi ini berkaitan dengan penyakit autoimun, seperti juvenile arthritis.
Selain itu, adanya infeksi serius pada tubuh dan terapi pengobatan penyakit kanker juga disebut-sebut menjadi pemicu terjadinya kondisi ini.
Badai sitokin umumnya ditandai oleh ciri-ciri, seperti:
Pada kasus yang parah, cytokine storm dapat memicu terjadinya kerusakan bahkan kegagalan organ.
Baca Juga
Pengobatan badai sitokin tergantung dari organ yang terdampak. Pada kasus COVID-19, pasien akan membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasannya, sebab paru-paru menjadi organ yang terdampak.
Setelah itu dokter akan memberikan obat melalui infus, seperti Actemra. Obat ini sejatinya digunakan pada penyakit rheumatoid arthritis. Actemra bekerja dengan cara menghambat reseptor sitokin IL-6.
Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, Actemra terbukti dapat meredakan cytokine storm yang terjadi. Akan tetapi, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Setiap orang berisiko terserang Covid-19, terlepas dari kondisi kesehatannya. Ini karena amat banyak faktor yang memengaruhi. Meski demikian, menjaga pola hidup sehat tetap menjadi kunci utama.
Pola hidup sehat dan taat protokol kesehatan dapat sangat membantu dalam proses penyembuhan hingga tingkat keparahan gejala yang muncul.
Para ahli hingga saat ini masih terus melakukan penelitian terhadap sejumlah obat-obatan lainnya untuk mencari tahu potensi obat-obatan tersebut dalam menangani badai sitokin yang terjadi pada penderita COVID-19.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar gejala Covid-19 atau perihal badai sitokin, konsultasilah dengan dokter Anda. Anda juga bisa menggunakan layanan chat dokter langsung di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasi SehatQ sekarang juga di App Store dan Google Play untuk konsultasi medis yang mudah dan cepat. Gratis!
Advertisement
Ditulis oleh Rhandy Verizarie
Referensi
Artikel Terkait
Amylmetacresol dapat membunuh corona merupakan salah satu isu yang kerap muncul belakangan ini. Amylmetacresol merupakan tablet hisap pereda untuk tenggorokan.
1 Apr 2020
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun atau saraf jarang didengar oleh masyarakat umum. Biasanya, gejala autoimun multiple sclerosis berdampak pada bagian pergerakan.
14 Agt 2019
Happy Hypoxia adalah kondisi yang muncul akibat kurangnya kadar oksigen di tubuh hingga jauh di bawah normal, tanpa gejala apapun. Kondisi ini sangat berbahaya karena bisa memicu kematian.
7 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved