Keracunan makanan pada anak bisa menyebabkan gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, hingga diare. Pada kondisi lebih parah, keracunan bisa menyebabkan dehidrasi hingga berpotensi mengancam jiwa.
9 Mei 2022
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Mual dan kram perut adalah tanda keracunan makanan pada anak
Table of Content
Keracunan makanan bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali si Kecil. Bisa dibilang, anak-anak termasuk kelompok rentan, mengingat mereka belum sepenuhnya paham tentang makanan yang terkontaminasi, basi, atau beracun.
Advertisement
Lantas, apa saja tanda-tanda keracunan makanan pada anak dan bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Pada umumnya, ciri keracunan makanan pada anak sama saja dengan orang dewasa. Gejala keracunan ini biasanya muncul 2–48 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Beberapa tanda-tanda keracunan makanan pada anak yang paling umum antara lain:
Tanda-tanda keracunan makanan pada anak tersebut biasanya akan berlangsung selama 1–2 hari. Pada beberapa kasus keracunan makanan pada anak, gejala tersebut bahkan bisa berlanjut hingga hitungan minggu.
Pada kondisi yang lebih parah, ciri keracunan makanan pada anak bisa menimbulkan:
Keracunan makanan termasuk foodborne illness yang terjadi ketika seseorang mengonsumsi minuman atau makanan basi, terkontaminasi, atau beracun.
Penelitian terdahulu dalam Iranian Journal of Pediatrics, menyatakan bahwa keracunan menyumbang sekitar 7% dari semua kecelakaan pada anak di bawah usia 5 tahun, serta sekitar 2% dari kematian anak di negara maju dan lebih dari 5% di negara berkembang.
Keracunan pada anak terjadi karena mereka belum sepenuhnya paham akan zat yang bisa menyebabkan keracunan. Ditambah lagi, anak-anak termasuk kelompok rentan karena sistem imun mereka masih berkembang, terutama pada anak di bawah usia 5 tahun.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), penyebab keracunan makanan yang paling umum terjadi adalah infeksi Campylobacter, Salmonella, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, dan Norovirus.
Sebagian besar kasus anak keracunan makanan bersifat ringan dan tidak membutuhkan perawatan khusus.
Anda bisa memberikan minum yang cukup sebagai pertolongan pertama keracunan makanan pada anak, sambil menunggu bantuan medis pada kondisi yang lebih parah.
Beberapa cara mengatasi keracunan makanan pada anak antara lain:
Saat anak keracunan makanan, penting bagi Anda untuk memastikan anak cukup minum dan terhidrasi dengan baik.
Anda bisa memberikan anak minum sedikit demi sedikit tapi sering, misalnya beberapa suap air setiap 15 menit. Ini bisa membantu mencegah dehidrasi.
Selain air putih, Anda juga bisa memberikan cairan rehidrasi oral seperti oralit atau produk lain yang dijual di apotek.
Jika keracunan makanan terjadi pada bayi yang masih menyusu, tetap berikan ASI atau susu botol lebih sering.
Pada bayi yang diberi susu botol, Anda juga bisa memberikan cairan rehidrasi oral selama 24 jam pertama. Kemudian,berikan kembali susu formula dalam porsi kecil, tetapi sering.
Pada kondisi yang lebih parah, cairan mungkin akan diberikan secara intravena atau infus oleh tenaga medis.
Saat anak mengalami keracunan makanan, mereka mungkin akan kehilangan nafsu makan. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Anak tetap harus mendapat nutrisi dari makanan agar tidak memperburuk kondisi.
Cobalah untuk memberi makan anak secara bertahap dalam porsi kecil tapi sering. Mulailah dengan memberikan makanan yang hambar, seperti biskuit, roti, kentang, atau jeli.
Salah satu ciri keracunan makanan pada anak adalah timbulnya diare. Jika ini yang terjadi, hindari produk susu selama 7-10 hari setelah keracunan terjadi.
Produk susu bisa membuat diare berlangsung lebih lama, bahkan lebih parah.
Istirahat yang cukup bisa menjadi salah satu cara mengatasi keracunan makanan pada anak. Saat keracunan makanan, tubuh membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu memulihkan kondisi.
Beberapa kasus keracunan makanan mungkin membutuhkan obat sesuai resep dokter. Penggunaan obat tentu tidak bisa sembarangan. Obat keracunan harus disesuaikan dengan patogen penyebab dan gejala yang timbul.
BACA JUGA: 16 Obat Sakit Perut Anak yang Mudah Ditemukan
Ketika Anda melihat tanda-tanda keracunan makanan pada anak, segera hubungi dokter untuk mendapatkan pertolongan pertama, terutama pada anak usia di bawah 5 tahun atau anak dengan kondisi medis tertentu.
Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter jika cara mengatasi keracunan makanan pada anak tak kunjung membuahkan hasil, bahkan menunjukkan gejala keracunan semakin parah, seperti dehidrasi.
Beberapa tanda dehidrasi yang perlu Anda waspadai antara lain:
Keracunan makanan pada anak mungkin saja terjadi karena kurangnya kewaspadaan anak dan orang tua. Meski bisa hilang dengan sendirinya dan bisa diatasi di rumah, beberapa kasus keracunan bahkan menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi hingga mengancam nyawa si kecil.
Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah keracunan makanan akibat kontaminasi bakteri atau patogen lain. Selalu membaca tanggal kedaluwarsa dan menjauhkan zat-zat kimia dari jangkauan anak juga bisa menjadi cara mencegah keracunan pada anak.
Jika masih ada pertanyaan seputar keracunan makanan pada anak, Anda juga bisa bertanya langsung melalui fitur chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Ada sejumlah makanan berbahaya yang tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Beberapa makanan yang berbahaya tersebut meliputi singkong, kluwek, jamur, kacang merah, ikan buntal, dan katak.
Mikotoksin adalah zat yang terbentuk setelah jamur melakukan metabolisme. Sesuai namanya yang mengandung kata “toksin”, maka bisa menyebabkan keracunan. Ada satu mitos yang menyebut bahwa kopi mengandung mikotoksin.
Bahaya soda kue jika dikonsumsi berlebihan akan berdampak buruk pada kesehatan. Oleh karena itu, pastikan Anda hanya menggunakannya sesuai kebutuhan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved