Dexamethasone adalah obat radang yang disebut-sebut dapat mengobati Covid-19, menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan di Inggris. Namun, benarkah dexamethasone efektif dalam mengobati pasien Covid-19?
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
22 Jan 2021
Dexamethasone adalah obat radang yang disebut-sebut dapat mengobati Covid-19
Table of Content
Sebelum vaksin corona ditemukan, beberapa jenis obat-obatan diduga dapat digunakan dalam mengobati Covid-19. Salah satunya adalah dexamethasone. Tim peneliti dari Inggris mengumumkan dexamethasone dapat menjadi suatu terobosan dalam mengobati Covid-19.
Advertisement
Apa itu dexamethasone dan bagaimana efektivitasnya dalam mengobati pasien Covid-19?
Dexamethasone adalah obat golongan kortikosteroid.
Jenis obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan, gangguan pencernaan, asma, dan reaksi alergi.
Terkadang, dexamethasone juga digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker.
Cara kerja dexamethasone menyerupai hormon yang secara alamiah diproduksi oleh kelenjar adrenal.
Kandungan steroid dalam obat ini dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga gejala radang dapat berangsur hilang.
Dexamethasone adalah obat yang hanya diresepkan oleh dokter.
Pasalnya, dexamethasone dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti mual, sakit kepala, pusing, iritasi lambung, sakit perut, jerawat, sulit bernapas, penglihatan kabur, hingga sistem kekebalan tubuh menurun.
Dexamethasone adalah obat murah yang dapat ditemukan di mana-mana.
Meski demikian, pembelian obat dexamethasone secara bebas di apotek tetap membutuhkan resep dokter.
Dexamethasone pertama kali dibuat pada 1957 silam dan telah digunakan di Inggris pada awal 1960-an untuk mengobati peradangan.
Mengutip laman BBC, pemerintah Inggris mengatakan telah memiliki obat ini dengan persediaan yang cukup untuk mengobati 200.000 pasien, sebagai antisipasi dari efek positif hasil penelitian.
Biaya obat ini senilai £5.40 (setara Rp93 ribu) untuk satu pasien per hari. Pengobatan dilakukan setidaknya selama 10 hari.
Mengingat hak patennya sudah tidak berlaku, maka banyak perusahaan memproduksi obat dexamethasone dan menjualnya ke seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, harga dexamethasone yang dijual di pasaran, yakni berada pada kisaran Rp20-35 ribu per boks, yang berisi 200 butir obat tablet.
Dexamethasone, obat radang yang biasa diresepkan dokter, disebut-sebut dapat membantu kesembuhan pasien Covid-19 dan mengurangi risiko kematian akibat penyakit tersebut.
Obat yang tergolong murah dan tersedia luas di dunia ini diungkapkan oleh tim ilmuwan Inggris sebagai terobosan besar untuk menyelamatkan nyawa pasien Covid-19 yang mengalami gejala berat.
Uji klinis dilakukan oleh tim dari Universitas Oxford pada 2.100 pasien yang dipilih secara acak dari sejumlah rumah sakit.
Seluruh pasien tersebut diberikan dosis 6 miligram dexamethasone per hari selama 10 hari berturut-turut, baik diminum langsung ataupun melalui suntikan.
Peneliti lalu membandingkan mereka dengan 4.300 pasien lain yang menjalani perawatan virus corona biasa tanpa pemberian obat dexamethasone.
Ada tiga kondisi pasien Covid-19 yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni pasien yang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan), pasien yang menggunakan tabung oksigen, dan pasien yang tidak memerlukan alat bantu pernapasan.
Hasilnya, pemberian obat menimbulkan efek yang berbeda pada ketiga kondisi pasien.
Bagi pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator di rumah sakit, obat dexamethasone dapat mengurangi risiko kematian dari 40% menjadi 28%.
Sementara, bagi pasien Covid-19 yang menggunakan tabung oksigen, dexamethasone dapat mengurangi risiko kematian dari 25% menjadi 20%.
Berdasarkan hasil tersebut, pemberian obat dexamethasone dapat mengurangi risiko kematian dengan rasio 1:3 untuk pasien yang menggunakan ventilator, dan rasio 1:5 bagi mereka yang menggunakan tabung oksigen.
Kemudian, pada pasien dengan gejala virus corona ringan yang tidak menggunakan ventilator dan tabung oksigen, tidak ada pengaruh apa pun.
Dexamethasone bekerja dengan menurunkan aktivitas sistem imun.
Hal ini yang dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru akibat serangan sel-sel imun yang berlebihan.
Reaksi tersebut yang banyak terjadi pada pasien dengan gejala coronavirus berat.
Akan tetapi, pasien sebenarnya tetap memerlukan sistem imun yang kuat untuk melawan virus SARS-CoV-2 dalam tubuhnya.
Jika kekebalan tubuh pasien menurun, virus corona dikhawatirkan dapat berkembang dan menyerang lebih banyak jaringan dalam tubuh.
Pada penelitian disebutkan bahwa obat dexamethasone yang digunakan untuk pasien Covid-19 hanya membutuhkan dosis rendah. Dengan ini, manfaat yang didapat lebih besar dari risiko bahayanya.
Namun, para peneliti juga mengingatkan bahwa reaksi sistem imun yang berlebihan terkadang lebih berbahaya daripada virus itu sendiri.
Pada beberapa kasus, pasien mungkin mengalami badai sitokin, yaitu respons imun berbahaya yang dapat berakibat fatal. Pemberian dexamethasone pun bisa menjadi langkah pilihan untuk mencegah dampak tersebut.
Melalui laman resminya, WHO menyambut baik terobosan ilmiah awal para ilmuwan Inggris atas penggunaan dexamethasone, obat steroid yang digunakan untuk menyelamatkan nyawa pasien virus corona dalam kondisi kritis.
Berdasarkan keterangan dari para peneliti yang melakukan uji coba dexamethasone, pada pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator di rumah sakit, terbukti dapat mengurangi jumlah kematian sebanyak sepertiganya.
Sedangkan, pasien yang menggunakan tabung oksigen, jumlah kematian berkurang seperlimanya.
Meski demikian, WHO mengingatkan, temuan awal ini baru efektif pada pasien Covid-19 yang mengalami gejala berat.
Lebih lanjut, temuan ini belum terbukti efektif pada pasien Covid-19 yang memiliki gejala coronavirus ringan, orang tanpa gejala, serta mencegah infeksi virus corona.
Maka dari itu, temuan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut melalui uji klinis berskala besar guna membuktikan efektivitas penggunaan obat dexamethasone untuk mengobati Covid-19.
WHO akan bekerja sama dengan semua mitra untuk mengembangkan penelitian mengenai obat dan vaksin virus corona.
Nantinya, panduan klinis WHO akan diperbarui sebagai informasi kapan dexamethasone dapat digunakan pada pasien Covid-19.
Sejauh ini, satu-satunya obat lain yang terbukti bermanfaat untuk pasien virus corona, baik melalui uji klinis berskala besar, acak, dan terkontrol adalah obat antivirus remdesivir.
Obat remdesivir menunjukkan dapat mengurangi gejala virus corona dari 15 menjadi 11 hari.
Namun, obat remdesivir belum terbukti kuat dapat mengurangi angka kematian akibat Covid-19.
Berbeda dengan dexamethasone, remdesivir merupakan obat corona baru dengan ketersediaan yang terbatas dan harganya yang belum pernah diumumkan.
Sedangkan, harga dexamethasone tergolong relatif murah dan tersedia luas di seluruh dunia.
Obat ini dapat menjadi alternatif ketika stok obat yang lebih kuat seperti remdesivir menipis, terutama di wilayah dengan kasus COVID-19 yang tinggi dan layanan kesehatan yang kurang memadai.
Sebelum vaksin Covid-19 ditemukan, dexamethasone diyakini para peneliti dapat mengurangi gejala yang dialami oleh pasien yang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan), pasien yang menggunakan tabung oksigen, dan pasien yang tidak memerlukan alat bantu pernapasan.
Kendati demikian, dexamethasone tidak dapat digunakan untuk pencegahan Covid-19.
Untuk mencegah rantai penyebaran virus, maka dibutuhkan vaksin Covid-19.
Vaksin Covid-19 dapat mencegah tubuh terinfeksi dan menghindari komplikasi lebih lanjut pada pasien bergejala berat.
Selain itu, vaksin Covid-19 tidak hanya melindungi Anda dari penyebaran virus corona, melainkan juga orang-orang di sekitar Anda yang belum atau tidak bisa mendapatkan vaksin.
Meski dexamethasone disebut-sebut dapat menurunkan risiko tingkat kematian pada pasien yang positif terinfeksi Covid-19 dengan gejala berat, masyarakat umum diharapkan untuk tidak membeli obat dexamethasone dengan inisiatif sendiri. Pasalnya, penggunaan obat ini harus sesuai dengan resep dokter.
Bukan hanya karena belum diketahui secara pasti manfaatnya untuk mengobati pasien Covid-19 bergejala ringan, tanpa gejala, hingga untuk mencegah infeksi virus corona.
Pada orang-orang yang membutuhkan obat ini secara rutin, misalnya penderita autoimun, bisa saja mengalami kesulitan mendapatkan obat dexamethasone di pasaran.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Amalia Ikhsania
Referensi
Artikel Terkait
Kekhawatiran covid menular ke bayi melalui darah dan ASI kerap dirasakan oleh ibu hamil. Pasalnya, hingga kini bayi dan anak-anak belum diperbolehkan mendapatkan vaksin, sebagai langkah pencegahan penularan virus corona.
5 Mar 2020
Menjelang bulan puasa, biasanya umat Islam melakukan ziarah ke makam keluarga atau kerabat. Akan tetapi, bolehkah melakukan ziarah kubur saat pandemi corona berlangsung?
20 Apr 2020
Bosan jenuh di rumah wajar menghampiri ketika dalam masa social distancing akibat corona ini. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasinya agar Anda bisa tetap happy.
24 Mar 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved