Sebuah studi menyatakan bahwa pengguna kacamata berisiko rendah tertular Covid-19. Lalu, apakah ini berarti penggunaan kacamata bisa cegah virus corona?
1 Okt 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Sebuah studi menyatakan bahwa pengguna kacamata berisiko rendah tertular Covid-19
Table of Content
Bagi para pengguna kacamata, ada kabar baik untuk Anda. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Rumah Sakit Suizhou Zengdu, Tiongkok, mengatakan bahwa pengguna kacamata memiliki risiko lebih rendah tertular Covid-19 dibandingkan mereka yang tidak.
Advertisement
Lantas, apakah itu berarti penggunaan kacamata bisa cegah virus corona? Simak jawaban selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal JAMA Ophthalmology mengemukakan bahwa orang yang menggunakan kacamata selama lebih dari 8 jam sehari memiliki risiko lebih rendah terinfeksi Covid-19 dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Studi tersebut dilakukan dengan mengamati 276 pasien Covid-19 di Rumah Sakit Suizhou Zengdu, Tiongkok.
Dari 276 pasien yang diamati, hanya 16 pasien yang menggunakan kacamata karena menderita miopi atau rabun jauh.
Jumlah itu hanya sekitar 6 persen dari 31 persen populasi penduduk lokal yang menggunakan kacamata karena rabun jauh.
Peneliti mengungkapkan bahwa penggunaan kacamata merupakan hal umum bagi warga Tiongkok di rentang usia berapa pun.
Namun, sejak pandemi virus corona terkonfirmasi di Wuhan pada Desember 2019 lalu, ia mengamati hanya sedikit pasien berkacamata yang dirawat karena Covid-19.
Dari situlah para peneliti berspekulasi kalau pengamatan tersebut bisa menjadi bukti awal bahwa orang yang menggunakan kacamata memiliki risiko rendah tertular Covid-19.
Meski demikian, para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari studi tersebut.
Para ahli mengimbau agar jangan terburu-buru merekomendasikan orang untuk mulai menggunakan pelindung mata untuk menurunkan risiko penularan Covid-19.
Seorang dokter spesialis penyakit menular dan profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins mengingatkan agar masyarakat perlu berhati-hati dalam menafsirkan hasil studi ini.
Sebab, studi hanya dilakukan oleh satu rumah sakit dan melibatkan responden dalam jumlah relatif sedikit, yakni kurang dari 300 responden.
Ini artinya, studi hanya mengambil sampel sangat kecil dari hampir 30 juta kasus infeksi virus corona yang dilaporkan di seluruh dunia.
Selain itu, kekhawatiran lainnya adalah data penderita rabun jauh di kelompok pembanding (populasi umum) diperoleh dari sebuah riset yang dilakukan beberapa dekade lalu.
Studi tersebut juga hanya menunjukkan hubungan antara menggunakan kacamata dan tingkat infeksi Covid-19, bukan eksperimen yang memperlihatkan korelasi secara langsung.
Kesimpulannya, penggunaan kacamata bisa cegah virus corona masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Penggunaan kacamata bisa cegah virus corona memang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut guna membuktikan keefektifannya.
Akan tetapi, yang perlu diketahui bahwa mata merupakan salah satu pintu masuk virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh.
Terlebih, banyak laporan mencatat bahwa pasien Covid-19 yang mengalami gejala penyakit mata, seperti konjungtivitis, yang menandakan adanya infeksi.
Ini karena salah satu sumber penularan Covid-19 dapat terjadi melalui tetesan cairan (droplet) yang keluar saat seseorang yang terinfeksi bicara, bernapas, menguap, batuk, atau bersin.
Tetesan cairan yang mengandung virus SARS-CoV-2 tersebut kemudian dapat terdorong oleh udara dan mencari inang lain, lalu biasanya virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut.
Mata sendiri memiliki lapisan pelindung yang disebut dengan membran mukus. Lapisan pelindung ini juga dimiliki oleh hidung dan mulut sebagai tempat virus corona menempel dan akan masuk melewati membran mukus tersebut untuk menginfeksi.
Maka dari itu, para peneliti pun melihat kemungkinan membran mukus di mata juga dapat menjadi salah satu jalur masuk virus corona penyebab Covid-19.
Teorinya, menggunakan kacamata bisa menjadi penghalang tambahan untuk melindungi mata dari sentuhan tangan langsung atau tetesan droplet.
Meski begitu, hanya kacamata goggle yang efektif menurunkan risiko penularan Covid-19. Penggunaan kacamata goggle pun tidak boleh dilakukan oleh semua orang.
Umumnya, hanya para tenaga kesehatan yang melakukan interaksi langsung dengan pasien terinfeksi Covid-19 yang menggunakan kacamata goggle.
Kacamata goggle dirancang untuk melindungi mata dan area sekitarnya agar terhindar dari percikan cairan atau darah pasien yang terinfeksi positif Covid-19.
Oleh karena itu, Pusat Perlindungan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC) merekomendasikan penggunaan kacamata goggle bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 di area yang berisiko tinggi.
Sedangkan, kacamata yang digunakan sehari-hari hanya mampu menghalangi droplet dari bagian depan. Tapi, sisi-sisi lainnya, seperti bagian atas dan bawah, masih rentan terpapar virus corona penyebab Covid-19.
Jadi, kacamata sehari-hari tidak dianggap memberikan perlindungan maksimal dari penularan Covid-19.
Meski studi yang dilakukan oleh peneliti Rumah Sakit Suizhou Zengdu, Tiongkok, tampak menarik, sebaiknya Anda tidak menelannya mentah-mentah.
Untuk saat ini, cara mencegah penularan virus corona yang paling efektif adalah cuci tangan sesering mungkin, terutama bila ingin menyentuh area wajah.
Ini karena tetesan cairan yang jatuh pada permukaan benda di sekitar Anda mungkin terdapat virus corona penyebab Covid-19.
Saat Anda menyentuh permukaan benda tersebut, lalu menyentuh area wajah tanpa mencuci tangan dengan air dan sabun terlebih dahulu, maka virus SARS-CoV-2 dapat masuk ke dalam tubuh.
Walaupun ini bukan cara utama penularan virus corona, Anda tetap berpeluang terjangkit dan menularkan Covid-19 ke orang lain di sekitar Anda.
Selain cuci tangan sesering mungkin, pastikan Anda menggunakan masker antivirus corona saat berada di luar rumah dan menjaga jaga jarak aman minimal 2 meter dengan orang lain.
Studi yang menyebutkan penggunaan kacamata bisa cegah virus corona masih membutuhkan penelitian lebih lanjut pada skala yang lebih besar guna membuktikan efektivitasnya.
Hal yang paling penting adalah selalu cuci tangan menggunakan air dan sabun, menggunakan masker, dan menjaga jarak aman dengan orang lain.
Jika Anda masih ingin berdiskusi lebih lanjut seputar virus corona dan penularan risikonya, silakan berkonsultasi langsung dengan dokter lewat aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Caranya, download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Beberapa orang mungkin seringkali merasa lapar di tengah malam. Apa penyebabnya? Dan adakah cara mengatasi kondisi tersebut?
Kecelakaan kerja memang umum terjadi di tempat bekerja. Namun dengan mengetahui jenis kecelakaan kerja yang mungkin dapat timbul di bidang pekerjaan Anda, Anda dapat lebih berhati-hati. Jenis kecelakaan kerja yang paling umum adalah terpeleset, cedera otot, tertimpa objek, hingga terpotong kertas.
Alat bantu dengar berfungsi untuk meningkatkan pendengaran pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran. Butuh waktu agar terbiasa menggunakannya, ketahui bagaimana cara kerja serta tips memilih.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved