Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbatasan perkembangan mental, tingkah laku, dan kecerdasan. Karakteristiknya pun beragam, mulai dari terlambat atau sulit berbicara, hingga susah memahami akibat dari sebuah tindakan.
7 Apr 2023
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Anak tuna grahita punya perilaku yang berbeda dari teman sebayanya
Table of Content
Salah satu keterbatasan yang dapat terjadi pada anak adalah tunagrahita. Kondisi ini terjadi ketika anak memiliki kecerdasan di bawah rata-rata sehingga bisa mempengaruhi kehidupannya. Supaya tidak keliru, simak arti tunagrahita, ciri-ciri, hingga penanganannya.
Advertisement
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan RI, pengertian anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbatasan perkembangan mental, tingkah laku, dan kecerdasan.
Keterbatasan intelektual ini bisa membuat anak kesulitan mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Namun, bukan tidak bisa mempelajari hal atau keterampilan baru, anak tunagrahita hanya melakukannya jauh lebih lambat dari anak seusianya. Keterlambatan ini bergantung pada seberapa parah tingkat disabilitas intelektual yang mereka alami.
Tunagrahita artinya kondisi yang tidak boleh diabaikan. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan khusus untuk memaksimalkan fungsi kecerdasan anak dengan kondisi ini.
Sekitar 1-3 persen (200 juta) dari populasi dunia mengidap kondisi tunagrahita. Meski begitu, 85 persen dari estimasi angka tersebut adalah tunagrahita ringan.
Kondisi ini dianggap lebih sering terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah (16,41 pada setiap 1000 orang).
Selain itu, tunagrahita cenderung lebih banyak dialami oleh populasi laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Kondisi anak berkebutuhan khusus ini dapat dikenali dari proses berpikir dan belajar yang lebih lambat. Mereka juga kurang terampil dalam menjalani kegiatan sehari-hari secara normal.
Berikut adalah ciri-ciri anak tunagrahita yang dapat Anda kenali.
Jika terdapat ciri-ciri tunagrahita pada anak, sebaiknya segera periksakan mereka ke dokter untuk memastikan kondisinya.
Berdasarkan nilai IQ-nya, berikut adalah klasifikasi anak tunagrahita yang perlu Anda ketahui.
Anak yang memiliki IQ 55-77 akan memiliki perkembangan fisik lebih lambat daripada anak lain seusianya.
Dengan tingkat intelektual tersebut, mereka bisa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Namun, anak tetap bisa hidup mandiri kelak apabila diajarkan kemampuan melakukan aktivitas rumah tangga dan keterampilan praktis yang lain.
Anak dengan IQ 40-55 memiliki kemampuan komunikasi yang sederhana. Mereka bisa menyampaikan kebutuhan dasarnya, seperti mandi, makan, dan minum.
Namun,waktu pelatihan yang lama dibutuhkan agar anak bisa menguasai keterampilan dasar untuk mengurus dirinya sendiri.
Anak yang memiliki IQ 25-40 tidak mampu melakukan tugas-tugas sederhana, termasuk mengurus diri sendiri.
Klasifikasi anak tunagrahita ini juga ditandai dengan gangguan bicara, kelainan fisik pada lidah, dan ukuran kepala yang lebih besar.
Mereka juga menderita gangguan motorik berat sehingga membuat kondisi fisiknya lemah.
IQ di bawah 25 adalah kategori terberat dalam pengelompokan anak tunagrahita. Mereka umumnya memiliki ukuran kepala yang lebih besar layaknya penderita hidrosefalus.
Anak dalam kategori ini juga membutuhkan perawatan medis intensif dan tidak bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain.
Secara umum, berikut adalah berbagai kemungkinan penyebab tunagrahita dan faktor risikonya.
Beberapa kondisi genetik berpotensi menjadi penyebab anak tunagrahita atau memiliki kebutuhan khusus.
Misalnya, sindrom Down dan sindrom fragile X. Dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.
Masalah ataupun kebiasaan buruk selama kehamilan bisa menyebabkan hambatan dalam perkembangan otak janin dan memicu gangguan intelektual pada anak.
Contohnya, konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan terlarang, malnutrisi, infeksi tertentu, dan preeklampsia.
Selanjutnya, penyebab tunagrahita adalah persalinan yang bermasalah. Ketika bayi baru lahir mengalami kekurangan oksigen, kemampuan intelektualnya berpotensi mengalami kecacatan.
Kelahiran prematur juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami tunagrahita.
Penyakit yang disebabkan infeksi juga berpotensi menyebabkan bayi mengalami kecacatan intelektual atau retardasi mental, misalnya meningitis, campak, atau batuk rejan.
Sementara itu, sederet kondisi lain yang berpotensi memicu gangguan intelektual adalah cedera parah di kepala, kurang gizi yang ekstrem, infeksi otak, tenggelam hingga otak kekurangan oksigen, terpapar zat beracun, serta penganiayaan atau penelantaran yang parah.
Sekitar dua per tiga dari kebanyakan anak yang menderita disabilitas intelektual, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun, Anda tetap dapat mengonsultasikan masalah ini kepada dokter.
Baca Juga
Kondisi tunagrahita dapat dideteksi lewat beberapa hal, salah satunya kelainan fisik.
Jika seorang bayi mengidap kelainan fisik dan menunjukkan kelainan genetik atau metabolisme, berbagai tes dapat dilakukan untuk memastikan diagnosisnya.
Tes yang dimaksud dapat berupa:
Pada anak dengan keterlambatan perkembangan, dokter juga bisa melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis kondisi tunagrahita.
Berbagai tes ini dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya kondisi lain yang menyebabkan keterlambatan perkembangan pada anak.
Tiga faktor penting yang perlu dilakukan dalam melakukan diagnosis tunagrahita adalah:
Pengujian kecerdasan bisa dilakukan melalui pengukuran tingkat intelektual atau melalui tes IQ. Selain itu, dokter dapat melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan anak dalam beraktivitas, seperti:
Seorang anak dianggap mengidap kondisi tunagrahita jika mereka memiliki defisit IQ dan perilaku adaptif (keterampilan seseorang yang diperlukan di kehidupan sehari-hari, seperti mampu berkomunikasi, berinteraksi, dan menjaga diri sendiri).
Jika anak hanya mengalami salah satu dari kedua hal tersebut, maka mereka tidak dianggap menderita tunagrahita.
Setelah diagnosis dilakukan, tim medis dapat menilai kelebihan dan kelemahan khusus dari anak.
Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa banyak dan jenis dukungan apa yang dibutuhkan anak supaya bisa hidup di rumah, sekolah, serta masyarakat.
Sayangnya, belum ada obat untuk menyembuhkan anak tunagrahita. Jika memiliki anak dengan kebutuhan khusus ini, orangtua harus siap secara fisik dan mental.
Sebab, penanganan anak tunagrahita memerlukan dukungan penuh dari orangtua. Anda dapat melakukan beberapa hal berikut sebagai cara menangani anak tunagrahita.
Anda juga dapat berdiskusi dengan ahli medis atau dokter mengenai terapi anak tunagrahita yang tepat, misalnya terapi okupasi.
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu anak yang mengalami gangguan fisik maupun mental agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari, serta memperbaiki atau meningkatkan kemandirian mereka.
Sehingga, kesejahteraan, kesehatan, dan kualitas hidup anak yang menderita tunagrahita dapat meningkat.
Jika perlu, mintalah dukungan dari keluarga atau orang terdekat lainnya agar Anda merasa lebih kuat.
Jika Anda ingin memberikan pendidikan untuknya, terdapat strategi pembelajaran anak tunagrahita yang bisa dicoba, yaitu dengan memasukkannya ke sekolah luar biasa (SLB).
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, terdapat beberapa jenis SLB yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi anak.
Anak dengan tunagrahita dapat mengikuti pendidikan di SLB C. Jenis SLB ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata dan tidak mampu beradaptasi sehingga perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi.
Sebelum memasukkan anak ke sekolah tersebut, Anda dapat bertanya pada pihak sekolah mengenai metode pembelajaran ataupun kurikulum yang digunakan untuk mendukung kelebihan anak tunagrahita.
Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang anak tunagrahita, Anda bisa konsultasi langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kelebihan vitamin A atau hipervitaminosis A bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Mulai dari mudah marah, sering mengantuk, hingga mual, bisa jadi gejalanya.
Gangguan penyesuaian adalah kondisi psikologis yang membuat seseorang sulit menerima kenyataan pahit. Kenyataan pahit tersebut dapat beragam, mulai dari putus cinta, pemutusan hubungan kerja, hingga keluarga yang meninggal dunia. Gangguan penyesuaian dapat ditangani dengan terapi serta konsumsi obat-obatan.
Ekspresi marah terdiri atas 4 tipe, yakni kemarahan yang bisa dibenarkan, jengkel, kemarahan agresif, hingga tantrum. Bagaimana cara mengendalikannya?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved