Sharenting adalah aktivitas ketika orangtua membagikan momen dengan anak di media sosial. Sharenting merupakan gabungan dari kata share dan parenting. Jika tidak dilakukan dengan hati-hati, kebiasaan ini bisa berbahaya bagi anak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
9 Jul 2023
Sharenting adalah pola asuh dimana orang tua sering membagikan momen dengan anak di media sosial
Table of Content
Sering melihat update teman atau saudara mengenai buah hati mereka di media sosial? Hal tersebut saat ini umum dilakukan, dan disebut sebagai sharenting. Ini dapat menjadi hal yang positif, tetapi juga memiliki risiko berbahaya yang tidak boleh diabaikan.
Advertisement
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa itu sharenting serta tips melakukannya dengan aman, yuk, kita simak artikel di bawah ini.
Sharenting adalah aktivitas orangtua membagikan informasi di media sosial mengenai pengalamannya dalam mengasuh anak. Istilah sharenting sendiri merupakan gabungan dua kata, yakni “sharing” dan “parenting”.
Beberapa contoh sharenting di antaranya adalah saat orangtua berbagi di media sosial mengenai:
Kegiatan berbagi di dunia maya seperti sharenting dapat memiliki efek positif dan negatif pada anak-anak dan juga orangtua. Karena itu, sebagai orangtua, kamu perlu memahami batas seberapa banyak informasi untuk dibagikan di dunia maya tentang anak dan keluarga.
Motivasi orangtua melakukan sharenting di media sosial dapat beragam. Secara garis besar, sebagian orangtua ingin terhubung dengan orang lain untuk saling berbagi dan berdiskusi mengenai pengalaman pengasuhan. Sementara sebagian lainnya hanya ingin sekadar memamerkan kebersamaan dengan anaknya.
Beberapa alasan orangtua melakukan sharenting antara lain untuk:
Baca Juga: Cara Mengawasi Pergaulan Anak Remaja di Instagram
Sharenting dapat membantu terhubung dan berbagi mengenai tips pengasuhan. Tetapi jika dilakukan secara berlebihan, apalagi sampai orangtua mengalami kecanduan media sosial, oversharenting dapat memiliki bahayanya sendiri, meliputi:
Sebagian orangtua dapat oversharing dengan berbagi terlalu banyak momen dan informasi mengenai anak dan keluarga. Misalnya memposting setiap jam dan berbagi hal-hal mendetail termasuk informasi rahasia, data diri, serta foto yang terlalu pribadi.
Oversharing berpotensi menjadi masalah bagi hubungan antara anak dan orangtua di masa depan. Misalnya, berbagi mengenai kondisi penyakit anak, foto memalukan anak, atau kesulitan anak belajar. Bocornya informasi pribadi ini dapat membuat beberapa anak merasa malu dan mulai hilang kepercayaan kepada orangtua.
Sharenting juga dapat memiliki berbagai risiko keamanan, khususnya jika orangtua tidak menyaring informasi pribadi yang dibagikan ke media sosial. Salah satunya adalah pencurian data, seperti penyalahgunaan foto dan data pribadi anak tanpa izin oleh orang lain.
Ini mungkin dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan pengikut di media sosial atau bahkan untuk melakukan penipuan.
Tidak mustahil anak dan keluarga juga dapat menjadi sasaran kejahatan yang lebih besar jika orang asing mengetahui informasi pribadi terlalu banyak, seperti misalnya penculikan.
Membagikan foto anak terlalu sering juga dapat mengekspos anak pada pedofil. Peneliti Australia menemukan bahwa setengah dari temuan foto pada situs pedofil adalah foto-foto yang diambil dari media sosial. Anak-anak pada foto tersebut umumnya hanya melakukan aktivitas normal seperti misalnya bermain dengan mobil-mobilan.
Remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial umumnya lebih rentan mengalami pembulian online alias cyberbullying. Selain itu, dikhawatirkan bahwa foto memalukan yang diposting orangtua juga berisiko membuat anak menjadi korban pembulian oleh teman-teman atau netizen.
Berbagi kisah tentang anak di media sosial dapat membentuk identitas maya untuk anak pada saat dia belum mengetahui siapa atau ingin menjadi seperti apa di sosial media. Ini mungkin saja bertentangan dengan citra diri yang anak inginkan.
Orang lain mungkin sudah memiliki persepsi sendiri terhadap anak dari isi postingan orangtuanya selama ini. Sehingga hal ini dapat memengaruhi kemandirian dan kebebasan anak untuk menjadi dirinya sendiri.
Baca Juga: Apakah Sering Foto Selfie Ada Manfaatnya untuk Kesehatan?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk melakukan sharenting secara bertanggung jawab dan mengurangi risiko bahaya:
Sebelum memposting, tanyalah diri sendiri terlebih dahulu:
Jika salah satu pertanyaan memicu rasa waswas, sebaiknya jangan bagikan postingan secara bebas. Kamu bisa membatasi postingan hanya pada sekelompok kecil orang terpercaya saja yang bisa melihat.
Jangan berbagi terlalu banyak di media sosial terutama mengenai informasi rahasia dan sensitif serta sesuatu yang dapat mempermalukan anak. Saat anak mencapai usia remaja dan mulai membentuk identitas sendiri baik online atau offline, orangtua sebaiknya semakin membatasi postingan tentang anak.
Jangan membagikan nama lengkap, alamat, sekolah, atau informasi sensitif lain yang dapat digunakan sebagai pertanyaan pengaman atau kata sandi oleh anak di masa depan. Ini dapat dimanfaatkan oleh peretas atau penjahat.
Menggunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang dapat melihat postingan juga dapat menjadi cara melindungi diri dari kejahatan dunia maya.
Untuk memastikan postingan tidak disalahgunakan orang tidak dikenal, kamu dapat membatasi teman dan pengikut. Jika masih memiliki beberapa teman atau pengikut yang tidak begitu dikenal, tidak ada salahnya mengurangi teman dan pengikut hanya sebatas orang-orang yang dikenal dan dipercaya saja.
Tidak semua informasi dapat dibagikan saat sharenting. Sebaiknya hindari memposting sesuatu yang negatif tentang anak, termasuk masalah kesehatan, perasaan frustrasi dengan perilaku anak, atau masalah anak di sekolah. Hal-hal tersebut merupakan pelanggaran privasi anak.
Jika kamu membutuhkan dukungan sosial atau berkonsultasi online terkait kesulitan pengasuhan yang dihadapi, dan harus memposting informasi negatif atau sensitif secara terbuka, sebaiknya posting secara anonim atau menggunakan nama samaran saja.
Saat anak sudah cukup besar sekitar 5 tahun atau lebih, mintalah izin terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu. Jelaskan kepada anak apa yang akan dibagikan dan siapa yang dapat melihatnya sebelum mulai membagikannya di media sosial.
Jika sesuatu yang orangtua bagikan saat sharenting membuat anak kesal, maka minta maaf adalah hal yang perlu dilakukan. Ini dapat menjadi contoh perilaku yang baik kepada anak-anak sekaligus membangun kembali kepercayaan antara orangtua dan si Kecil.
Luangkan waktu untuk berbicara dengan Si Kecil tentang berbagi di media sosial dan apa yang harus diperhatikan. Lakukan percakapan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Misalnya, memberi tahu anak-anak yang lebih kecil bahwa internet dapat diakses oleh banyak orang, dan orangtua harus memastikan postingan tidak membahayakan privasi dan keamanan.
Sementara itu, bersama anak yang lebih besar dapat membahas lebih spesifik tentang predator atau bahaya lainnya yang dapat terjadi karena berbagi terlalu banyak di media sosial.
Baca Juga: Cara Mengatasi Kecanduan Media Sosial yang Ampuh
Pola asuh setiap orangtua bisa berbeda. Sebagian mungkin setuju dengan konsep sharenting dan sebagian lagi tidak. Apapun pilihan kamu, yang penting adalah mengenali risiko di setiap keputusan yang diambil. Dengan menjalankan tips yang dibagikan di atas, orangtua dapat berbagi tentang pengasuhan anak secara bertanggung jawab sekaligus menurunkan risiko timbulnya masalah akibat oversharenting.
Advertisement
Ditulis oleh Nenti Resna
Referensi
Artikel Terkait
Family time dapat mempererat ikatan dalam keluarga dan memberi pengaruh yang positif untuk anak. Hal ini dapat diwujudkan melalui saling mendengarkan cerita, bermain bersama, atau melakukan kegiatan lainnya.
7 Feb 2022
Agar anak patuh, terdapat sejumlah cara mendidik anak yang keras kepala dan bisa dicoba orangtua, seperti menjadikan anak sebagai teman, jangan melawan argumen mereka, hingga tetap tenang menghadapi mereka.
13 Jan 2022
Psikologi remaja mengalami perkembangan pada aspek emosional maupun sosial. Ia mulai mencari jati dirinya, dan tak jarang untuk memberontak sehingga harus orangtua perhatikan.
8 Feb 2022
Diskusi Terkait di Forum
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved