Poser adalah seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain atau mengikuti tren yang sedang ramai supaya diterima dalam pergaulan. Menjadi poser sering diidentifikasikan dengan hal negatif.
25 Jul 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Bisa jadi Anda sedang mengalaminya sekarang
Table of Content
Istilah poser menjadi cukup sering terdengar seiring dengan ramainya media sosial. Hal ini dikarenakan, tren dan hal-hal yang dianggap keren bisa dengan mudah terekspos di media sosial, yang pada akhirnya membuat orang-orang tergoda untuk menjadi bagian dari tren tersebut.
Advertisement
Keinginan untuk membuat orang lain terkesan dengan cara mengikuti tren inilah yang akhirnya membuat seseorang menjadi poser.
Sayangnya, menjadi seorang poser dapat mengganggu kesehatan mental. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang istilah ini, simak penjelasannya di bawah ini!
Dilansir dari Urban Dictionary, poser adalah seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain untuk menjadi bagian dari suatu budaya atau agar diterima di kelompok tertentu. Seorang poser akan melakukan hal-hal tertentu untuk membuat orang lain terkesan.
Mengikuti atau bahkan memiliki obsesi terhadap tren atau hal yang sedang digandrungi adalah salah satu tindakan yang umumnya dilakukan seorang poser. Hal ini berlaku pada banyak bidang, mulai dari musik, fashion, olahraga, film, dan gaya hidup.
Mereka akan berusaha mengulik tren yang mungkin sebenarnya tidak mereka sukai demi diakui dan diterima dalam sebuah komunitas. Para poser menjadikan tren, benda favorit, atau kultur pop sebagai jalan pintas untuk bersosialisasi dan menciptakan kesan yang baik untuk diri mereka.
Mereka meyakini bahwa melakukan hal tersebut bisa membuatnya memiliki jalan pikiran yang sama dengan orang lain yang dianggap hebat. Dengan begitu, poser bisa masuk ke dalam lingkungan yang dianggap cukup baik untuknya.
Tindakan ini juga berhubungan dengan gaya hidup FOMO atau fear of missing out. Gaya hidup yangi dipopulerkan melalui media sosial ini menganggap bahwa seseorang akan ketinggalan zaman dan menjadi tidak keren jika tidak mengikuti sebuah tren.
FOMO juga memberikan rasa iri dengan hal yang terjadi di sekitar, sehingga ada keterpaksaan untuk mengikutinya.
Media sosial sendiri berperan dalam menciptakan ketakutan tersebut sehingga orang berlomba-lomba supaya tidak ketinggalan sebuah tren. Hal ini membuat seseorang mau melakukan banyak hal hingga akhirnya menjadi poser.
Baca juga: Mengenal JOMO, Kebalikan FOMO yang Lebih Menyenangkan
Berikut ciri-ciri yang bisa terlihat dengan jelas:
Ikut-ikutan tren ini menjadi tanda yang paling jelas terlihat dari seorang poser. Seorang poser akan mencoba mengikuti tren untuk menjadi bagian dari komunitas yang dianggap hebat dan membuat diri mereka terlihat lebih menarik.
Ciri poser lainnya adalah mencari sosok yang dianggap keren. Lalu, mereka akan mengikuti segala hal yang ada pada orang tersebut.
Tren ikut-ikutan ini pun menjadi lebih mudah dilakukan dengan adanya internet. Setiap orang mudah mendapatkan pakaian dan aksesori yang dipakai oleh seorang idola. Tidak heran jika fenomena poser cepat berkembang.
Para poser akan mencoba menjadi ahli dari sebuah tren. Mereka akan mencari tahu segala hal yang berkaitan dengan tren tersebut. Pada akhirnya, poser ini pun merasa paling mengerti sebuah tren.
Sebut saja saat sebuah film populer muncul di layar lebar. Mereka yang ikut-ikutan tren akan langsung mencari tentang film tersebut sekaligus membeli merchandise-nya. Lalu, mereka akan mendeklarasikan diri sebagai orang yang sudah menyukai tren tersebut sejak lama.
Hal yang dilakukan para poser adalah menyangkal ide orang lain atas apa yang dia sukai. Hal ini sebenarnya masih berhubungan dengan perasaan paling tahu atas segalanya. Para poser merasa sudah paling dekat sebuah tren hingga tidak ada lagi orang yang bisa menyangkalnya.
Di sisi lain, tidak jarang ide-ide dari orang yang disangkal tersebut disimpan dan diolah kembali. Lalu, ide tersebut menjadi pengetahuan tambahan untuk dikeluarkan kepada orang lain. Mereka akan bilang kalau itu adalah ide yang mereka buat pertama kali dan bukan dari orang lain.
Ciri lain dari para poser adalah cepat berganti fokus akan hal yang disukai. Artinya, mereka tidak akan konsisten untuk menyukai sebuah tren. Saat ada tren baru yang dianggap bagus, poser akan dengan mudah berganti kesukaan.
Baca juga: Dampak Buruk Berdebat di Media Sosial untuk Kesehatan
Mencoba untuk bisa diterima di sebuah lingkungan malah akan berbahaya untuk Anda. Berikut dampak untuk kesehatan mental yang bisa saja muncul:
Mencoba menjadi orang lain akan berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Tubuh Anda akan memberikan sinyal bahwa itu bukan Anda yang sebenarnya, sehingga akan jadi sangat melelahkan. Hal ini dapat membuat Anda merasa tidak puas dengan diri sendiri dan tidak bahagia dengan hidup yang dijalani.
Mencoba untuk menjadi yang orang lain mau hanya akan menurunkan kreativitas. Anda akan diberikan penilaian dan penghakiman terhadap apa yang dipakai atau diperbuat. Sebenarnya, Anda tidak perlu jadi yang terhebat untuk bisa diterima. Asalkan, semuanya dilakukan atas dasar pola pikir kreatif dari diri sendiri.
Bisa jadi Anda memang lebih tertarik dengan sebuah kultur atau suatu hal. Sayangnya, hal tersebut sudah bukan menjadi tren lagi sehingga banyak orang meninggalkannya, termasuk Anda. Padahal, bisa jadi Anda dapat mengeksplorasi lebih jauh mengenai hal tersebut dan menggali potensi diri lebih dalam.
Seorang poser cenderung tidak konsisten dengan hal yang dilakukannya. Karena tidak konsisten dan selalu dipenuhi keinginan untuk membuat orang lain terkesan, seorang poser akan sulit menemukan dan mendapatkan hal yang benar-benar diinginkannya.
Melakukan sesuatu yang tidak dilandasi keinginan pribadi pada akhirnya akan membuat hidup Anda jadi tidak bermakna. Bukan tidak mungkin poser akhirnya berubah dan tahu apa yang diinginkan. Namun, hal tersebut harus didasari dari keinginan diri.
Baca juga: Mengenal Ciri dan Bahaya Teman Toxic untuk Kesehatan Mental
Mencoba masuk ke banyak komunitas dan mengikuti kultur tertentu atau tren sebenarnya tidak ada salahnya. Hal yang bisa mengganggu Anda adalah ketika Anda kehilangan konsistensi karena menjadi poser. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk mencegahnya!
Cari tahu dulu apa yang Anda inginkan. Lalu, cobalah untuk melakukan dan menekuninya.
Anda juga memiliki hak untuk memilih teman. Koneksi yang tepat akan memberikan makna dalam hidup Anda. Mereka pun akan membantu Anda untuk mencari hal-hal yang benar-benar dibutuhkan.
Karena mungkin tidak tahu yang diinginkan, Anda sebaiknya mencatat apa saja yang sudah dilakukan. Cari tahu tren dan kultur yang sebenarnya membuat Anda nyaman di dalamnya. Dengan begitu, Anda tahu langkah apa yang seharusnya dilakukan.
Mencoba mencari hal baru kadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Salah satu langkah baik yang bisa dilakukan adalah bersyukur atas apa yang Anda miliki. Coba lihat kembali teman dan komunitas yang Anda miliki sekarang dan bersenang-senanglah dengan mereka tanpa perlu khawatir mencari sesuatu yang baru.
Menjadi poser tidak selalu buruk, tapi tetap ada dampak yang mungkin muncul dari kesehatan mental. Terlebih lagi jika ajang ikut-ikutan tren biar makin hits ini sudah menyita uang dan waktu Anda. Mungkin saran yang bisa dilakukan adalah tidak semua tren harus diikuti.
Ada baiknya juga Anda berkonsultasi dengan dokter mengenai hal ini terlebih jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Cobalah konsultasi online lebih mudah dengan aplikasi SehatQ.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara mengatasi homesick buat anak rantau bukan cuma dengan video call. Jika sudah kangen rumah, isi waktu luang dengan memasak makanan khas kampung halaman.
Manfaat pelukan akan memberikan rasa nyaman sekaligus menyehatkan jantung. Biasakan untuk memulai hari dengan memeluk orang tersayang setiap harinya.
Memahami perbedaan stres dan depresi bisa membantu mencegah tingkat keparahannya. Stres efeknya langsung mengubah suasana hati. Apabila tidak bisa mengontrolnya, kondisi ini bisa berujung pada kondisi yang lebih parah seperti depresi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved