Pathological liar adalah orang yang berbohong terus-menerus, kompulsif, dan terencana. Perilaku berdusta patologis diduga akibat gangguan kepribadian, atau bisa juga terjadi karena demensia.
4.17
(54)
28 Okt 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Jika rekan Anda suka berbohong, terkesan 'halu', dan sangat pamer, boleh jadi ia seorang pathological liar
Table of Content
Barangkali, berkata bohong mungkin pernah kita lakukan. Misalnya, saat sahabat menanyakan tentang kecocokan warna lipstik terang untuk warna kulitnya yang cenderung gelap, kita mungkin akan menjawab, “Cocok,” - jawaban yang menjadi sekadar untuk menyenangkannya dan enggan terlibat perdebatan.
Advertisement
Hanya saja, perilaku berbohong dapat dilakukan dengan tidak terkontrol. Pelakunya dikenal dengan istilah pathological liar. Sedang ramai dibicarakan, apa itu pathological liar? Apakah ini termasuk gangguan kepribadian?
Pathological liar adalah orang yang berbohong secara terus-menerus, kompulsif, dan terencana. Perilaku ini cenderung sering dilakukan, dan biasanya tanpa disertai alasan yang jelas (disebut juga dengan pseudologia fantastica atau compulsive lying).
Dalam menyampaikan kebohongannya, pathological liar dapat menempatkan diri sebagai orang yang hebat, heroik, atau boleh jadi menggambarkan diri sebagai seorang korban.
Beberapa contoh kebohongan yang disampaikan oleh pathological liar, yaitu:
Selain contoh di atas, hal-hal berikut ini bisa menjadi ciri-ciri seorang pathological liar di sekitar Anda.
Pathological lying berbeda dengan white lies atau dusta putih. White lie, atau berbohong yang biasanya dilakukan dengan alasan kebaikan, cenderung bukanlah sebagai suatu kebiasaan.
Dusta putih dilakukan ‘hanya’ sesekali dalam beberapa waktu, cenderung tidak merugikan, dan tidak bermaksud buruk. Selain itu, white lie acapkali dilakukan dengan maksud untuk menjaga perasaan orang lain.
Pemicu dan penyebab pathological lying masih belum diketahui dengan jelas. Hanya saja, perilaku berdusta patologis ini diduga terjadi akibat gangguan kepribadian, maupun demensia.
Kebiasaan berbohong patologis diperkirakan menjadi salah satu gejala, dari gangguan kepribadian tertentu. Gangguan kepribadian tersebut, termasuk:
Seseorang yang menderita gangguan kepribadian ambang maupun narsistik dapat melakukan kebohongan patologis, untuk menyimpang realitas menjadi sesuatu yang sesuai dengan emosi diri sendiri.
Tentunya, menderita gangguan kepribadian di atas dapat menjadi tantangan, dalam hubungan interpersonal. Sehingga pertolongan ahli kejiwaan sangat diperlukan.
Demensia frontotemporal adalah kondisi demensia, yang memengaruhi bagian depan (frontal) atau bagian samping (temporal) organ otak. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami gangguan perilaku serta kemampuan berbicara.
Gangguan perilaku yang ditunjukkan oleh individu dengan demensia frontotemporal, meliputi:
Para ahli memperkirakan, perilaku pathological liar mirip dengan karakteristik dan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita demensia frontotemporal.
Baca Juga
Memiliki rekan yang terindikasi sebagai seorang pathological liar tentu menantang, membuat Anda stres, serta menuntut kesabaran ekstra tinggi.
Walau begitu, Anda disarankan untuk tidak marah terhadap rekan dengan sikap semacam itu. Hindari pula untuk menyalahkan kebohongan yang ia ucapkan dan tidak terbukti benar. Sebab, seorang pathological liar bisa saja tidak bermaksud untuk menimbulkan kerugian atas dusta patologis yang ia sampaikan.
Selain itu, seorang pathological liar kemungkinan menderita gangguan mental tertentu. Anda boleh membantunya dengan mencari tahu gejala lain yang ia tunjukkan, serta menganjurkannya untuk menemui ahli kejiwaan.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Ciri-ciri paranoid salah satunya adalah sering merasa curiga pada orang lain. Selain itu, gangguan yang sering disebut parno ini juga bisa menyebabkan prilaku sering marah-marah pada orang lain.
Seseorang yang sangat sensitif akan mudah tersinggung. Selain itu, berbagai gangguan mental, seperti gangguan bipolar dan kepribadian ambang, hingga ketidakseimbangan hormon, juga bisa menjadi penyebab seseorang mudah tersinggung.
Tes kepribadian ganda meliputi tes fisik untuk menemukan cedera atau tumor di kepala serta tes psikologis dengan mengidentifikasi gejala yang Anda alami. Siapa saja yang membutuhkannya?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lidya Hapsari
Dijawab oleh dr. Adhi Pasha Dwitama
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved