Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Kondisi ini dapat memengaruhi bagaimana kamu membuat keputusan.
2023-03-30 12:32:11
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Inner child yang belum selesai bisa memicu masalah mental saat dewasa
Table of Content
Apa itu inner child? Istilah ini kian populer seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental. Bisa dibilang, inner child adalah bagian dari jiwa seseorang di masa kecil.
Advertisement
Tak jarang ini menggambarkan sosok anak kecil yang tersakiti dan timbul akibat luka atau trauma masa kanak-kanak yang belum terobati hingga dewasa. Jika dibiarkan atau tidak disembuhkan, inner child bisa menjelma menjadi perasaan dan perilaku negatif ketika seseorang tumbuh dewasa.
Untuk lebih memahami apa itu inner child beserta penyebab dan tanda seseorang memiliki luka masa kecil yang belum selesai, simak ulasannya di sini.
Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Istilah ini kerap diartikan sebagai sosok anak kecil yang masih melekat dalam diri seseorang.
Anak kecil dalam diri ini tidak pernah pergi dan menetap di alam bawah sadar. Mereka memengaruhi bagaimana kamu membuat keputusan, merespons masalah, dan menjalani kehidupan.
Ketika batin anak sehat, maka ketika kamu terhubung dengannya maka kamu cenderung lebih bersemangat maupun termotivasi. Namun, jika batin anak terluka, ini bisa menimbulkan perasaan dan perilaku negatif ketika dewasa.
Pengalaman kanak-kanak yang tidak menyenangkan atau kurangnya pengasuhan dalam keluarga dapat terus membekas dalam diri seseorang. Saat tumbuh dewasa, hal ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk perasaan dan perilaku negatif. Mulai dari perasaan tidak dicintai, mudah cemas, sulit percaya orang lain, dan sebagainya.
Apabila terus dibiarkan, inner child yang terluka ini dapat menghambat perkembangan diri sebagai orang dewasa. Sayangnya, tak sedikit orang yang justru menyangkal dan mengabaikan luka inner child atau luka batin dalam diri mereka, sehingga terbawa hingga ke kehidupan dewasa.
Saat dihadapkan pada masalah hidup, inner child yang masih bersemayam ini bisa mencuat ke permukaan dan mengambil alih kendali dalam diri.
Baca juga: 6 Tips Mencari Jati Diri Terbaik dalam Diri
Ada banyak hal yang bisa membuat inner child seseorang terluka, antara lain:
Baca juga: 6 Dampak Buruk Pilih Kasih pada Anak yang Perlu Diwaspadai Orang Tua
Berikut ini beberapa tanda kamu memiliki luka batin yang perlu disembuhkan:
Baca juga: Mengenal Konsep Diri, Jawaban Atas Pertanyaan “Siapakah Saya?”
Berdamai dengan inner child atau sisi anak-anak yang terluka dalam diri bisa jadi cara ampuh mengatasinya. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh diri kamu sendiri.
Berikut ini langkah-langkah menyembuhkan luka inner child menurut ahli:
Pertama-tama, sadari dan terimalah bahwa ada sosok “anak kecil” dalam diri kamu yang masih terluka.
Mengunjungi masa lalu yang menyakitkan memang tidak mudah. Namun, mengubur masa lalu tersebut dalam-dalam tanpa berusaha menyembuhkannya hanya juga akan membuat inner child terus mendominasi diri, sehingga melahirkan perasaan-perasaan negatif.
Sisihkan waktu setiap harinya untuk berdialog dengan “anak kecil yang terluka” dalam diri.
Bayangkan diri kamu ketika masih kecil dulu dan ia sedang berhadapan denganmu saat ini. Saat kamu sudah benar-benar merasakan kehadirannya, mulailah berdialog dengan anak tersebut.
Katakan kepadanya bahwa kamu siap untuk mendengarkan dan akan terus berada di sampingnya.
Kamu bisa mengucapkan kalimat-kalimat suportif dan menenangkan untuknya, seperti:
Saat berhadapan dengan inner child kamu, mungkin ada amarah yang tiba-tiba meluap di luar kendali. Tidak apa, ini bisa menjadi awal rekonsiliasi dengan sisi masa kecilmu yang terluka.
Faktanya, tidak selamanya marah itu negatif. Rasa marah sebenarnya adalah emosi yang normal dan sehat. Dalam keadaan tertentu, amarah diperlukan dan dapat membawa efek positif.
Begitu juga dengan rasa sedih. Perasaan ini wajar muncul ketika kamu mengalami trauma yang belum terselesaikan. Jadi, kamu tidak perlu merasa aneh atau cengeng apabila dilanda kesedihan.
Proses rekonsiliasi dengan “anak kecil dalam diri” bisa terasa melelahkan. Meditasi dapat memberikan rasa tenang pada pikiran. Jika jiwa tenteram, menjalani dialog dengan inner child pun akan lebih mudah.
Ada banyak sekali cara meditasi yang bisa kamu lakukan. Mulai dari menggunakan aplikasi, melatih pernapasan dalam, hingga mengikuti kelas.
Berdamai dengan inner child bisa kamu lakukan sendiri atau dengan dukungan psikolog. Adanya psikolog yang mendampingi akan membantu proses rekonsiliasi dengan inner child menjadi lebih mudah.
Bagi kamu yang baru pertama kali datang ke psikolog, mungkin awalnya akan merasa canggung. Buatlah diri kamu senyaman mungkin dan ungkapkan semua perasaan secara jujur. Psikolog adalah ahli profesional yang akan memastikan kerahasiaan dan privasi kamu terjaga.
Baca Juga
Tidak ada orang yang bisa mengubah masa lalu. Namun, masa lalu tidak harus mendikte dan menghalangi kehidupan kamu di masa kini. Kamu tetap bisa bertumbuh, mengembangkan diri, dan menjalankan hidup dengan tenteram, bahkan lebih baik.
Melakukan proses rekonsiliasi dengan “anak kecil yang terluka” dalam diri, akan membantu kamu berdamai dengan diri sendiri dan memiliki kehidupan yang lebih bahagia.
Proses berdamai dengan inner child mungkin memerlukan waktu yang tak sebentar. Kamu tak perlu merasa gagal karena tiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda.
Cintailah dirimu dan hargai setiap usaha yang telah kamu lakukan, serta percaya bahwa kamu dapat melewati ini semua dengan baik. Bila perlu, mintalah bantuan pada psikolog atau psikiater agar proses penyembuhan luka batin berjalan lebih lancar.
Kamu juga bisa berkonsultasi melalui fitur chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bukan cengeng, ada manfaat menangis bagi kesehatan sehingga Anda tak perlu malu melakukannya. Salah satunya dapat membantu merilis emosi.
Ligyrophobia adalah fobia terhadap suara berisik atau suara keras. Kondisi ini paling umum dialami anak-anak, namun tak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.
Hampir semua orang bisa merasakan bahwa pandemi global COVID-19 membuat bosan. Menariknya, ada studi yang menemukan bahwa manfaat menelepon dapat mencegah kesepian hingga depresi
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved