logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Mengenal Dehumanisasi dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

open-summary

Dehumanisasi adalah proses ketika seseorang memandang orang lain kurang manusiawi atau menganggapnya bukan manusia setara. Dehumanisasi menimbulkan kebencian dan keterasingan yang kuat di antara pihak yang berkonflik.


close-summary

9 Jul 2022

| Nenti Resna

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Pria memukul wanita, melakukan dehumanisasi dan bullying

Dehumanisasi adalah menganggap seseorang tidak sebagai manusia yang setara sehingga patut direndahkan

Table of Content

  • Apa itu dehumanisasi?
  • Penyebab terjadinya dehumaniasi
  • Dampak dehumanisasi untuk kesehatan mental
  • Cara mencegah dehumanisasi

Walaupun Anda mungkin belum familiar dengan istilah dehumaniasi, tetapi sebenarnya sikap dan perilaku ini semakin sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di media sosial saat setiap pengguna dapat mengatakan apa saja tanpa menggunakan identitas asli. Padahal, dampak dehumanisasi tidaklah sedikit. Bukan saja bagi orang yang menjadi korban, tetapi juga bagi pelaku dehumanisasi itu sendiri.

Advertisement

Apa itu dehumanisasi?

Dehumanisasi adalah proses psikologis dimana seseorang memandang orang lain secara kurang manusiawi atau menganggapnya bukan manusia setara sehingga tidak layak mendapatkan pertimbangan moral yang sama.

Salah satu contoh dehumanisasi yang ekstrem adalah saat Nazi memandang orang Yahudi sebagai kaum yang lebih rendah dan hina serta harus disingkirkan. Meski begitu, dehumanisasi juga terjadi di kehidupan sehari-hari dalam bentuk yang lebih familiar.

Dehumanisasi dapat menyebabkan konflik berkepanjangan yang membuat hubungan semakin renggang serta mempersulit pihak-pihak yang bertikai untuk mengakui bahwa mereka ada di komunitas yang sama, yaitu sama-sama manusia di dunia.

Kondisi tersebut seringkali menimbulkan kebencian dan keterasingan yang kuat di antara pihak yang berkonflik. Semakin lebar konflik yang terjadi, semakin lebar juga jarak psikologis mereka.

Pada akhirnya kondisi ini dapat mengakibatkan pengucilan moral pada pihak yang didehumanisasi karena dipandang inferior, jahat, atau tidak bermoral. Ini akan membuat korban dehumanisasi dianggap layak mendapatkan perlakuan tidak adil seperti penghinaan atau dirampas hak asasinya.

Penyebab terjadinya dehumaniasi

Beberapa penyebab terjadinya dehumanisasi meliputi:

1. Manipulasi

Adanya manipulasi baik untuk kepentingan politik maupun kepentingan lain membuat dehumanisasi terjadi secara luas. Dehumanisasi yang terjadi akibat manipulasi adalah keadaan yang sengaja dibentuk dan dapat menciptakan perpecahan di masyarakat karena terbentuknya pola pikir “kita-lawan-mereka”. Perpecahan ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.

2. Gangguan kepribadian narsistik dan antisosial

Dehumanisasi bisa dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik dan antisosial. Banyak orang dengan kedua gangguan kepribadian ini tidak dapat menghargai bahwa orang lain juga memiliki hak asasi yang sama.

3. Siklus kekerasan

Dehumanisasi juga bisa terjadi sebagai bagian dari siklus kekerasan. Orang yang pernah mendapat kekerasan saat anak-anak dapat membentengi diri sebagai pertahanan terhadap rasa sakit yang pernah dialaminya dengan cara menghilangkan keinginan untuk memahami perasaan orang lain.

Ini dilakukan karena takut jika mereka berusaha memahami perasaan korban maka akan menjebol pertahanan mereka terhadap semua perasaan yang terpendam.

Baca Juga: Mengenal Kekerasan Berbasis Gender dan Jenis-jenisnya 

Dampak dehumanisasi untuk kesehatan mental

Dampak dehumanisasi untuk kesehatan mental tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga pelaku.

Dampak dehumanisasi pada pelaku

Pelaku dehumaniasi akan menjadi lebih antiosial, sehingga perilaku agresifnya meningkat. Ini membuat pelaku dehumanisasi akan lebih sering melakukan perbuatan seperti bullying dan pelecehan.

Pelaku juga dapat mengalami emosi negatif seperti rasa bersalah dan malu atas perilakunya yang kemudian berujung pada sikap dehumanisasi yang lebih ekstrem sebagai cara menutupi emosi negatif yang mereka rasakan dan mencari pembenaran atas penganiayaan yang mereka lakukan.

Perilaku dehumanisasi adalah lingkaran setan, di mana dehumanisasi mendorong penganiayaan dan agresi pada korban yang selanjutnya lebih rentan melakukan dehumanisasi pada orang lain.

Dampak dehumanisasi pada korban

Korban dehumanisasi dapat merasa terdegradasi, tidak valid, atau kehilangan moral karena peristiwa dehumanisasi yang dialami setiap hari. Mereka dapat memasuki kondisi "dekonstruktif kognitif" yang ditandai dengan berkurangnya kejernihan pikiran, mati rasa emosional, menjadi tidak fleksibel secara kognitif, dan tidak memiliki pemikiran yang bermakna.

Mengalami dehumanisasi dalam bentuk apapun dapat membuat korban merasa sedih dan marah dalam jangka waktu yang lama. Mereka juga akan merasa bersalah dan malu.

Dalam jangka panjang, dehumanisasi yang dialami oleh korban bisa berujung pada munculnya berbagai penyakit mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan terkait stres.

Baca Juga: Berbagai Dampak Bullying pada Korban, dari Fisik hingga Mental

Cara mencegah dehumanisasi

Setelah mengetahui pengertian dehumanisasi dan dampaknya, maka penting bagi Anda untuk melakukan langkah mencegah terjadinya dehumanisasi untuk memanusiakan orang-orang di sekeliling Anda. Berikut caranya:

1. Gunakan bahasa yang baik

Jangan pernah menggunakan bahasa yang tidak manusiawi atau merendahkan saat mengkritik orang lain, baik pada orang-orang yang menurut Anda memiliki pandangan politik yang salah atau terhadap orang yang telah melakukan kejahatan mengerikan. Hindari kata-kata seperti “monster” atau istilah menghina lainnya yang menunjukkan pihak lain bukan manusia.

2. Berusaha menarik tanggapan empatik

Kebanyakan orang mampu berempati, kecuali mereka dengan gangguan narsisme ekstrem atau sosiopat. Karena itu, cobalah untuk mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang dapat menarik tanggapan empatik, seperti misalnya:

  • Saya tidak bisa membayangkan betapa hancurnya saya kalau hal itu terjadi pada diri saya sendiri.
  • Apakah kamu bisa memisahkan anak yang sedang menangis dari ibunya?

Anda mungkin mendapatkan beberapa tanggapan defensif dari beberapa orang, tetapi membuat satu atau dua orang lainnya jadi memanusiakan manusia, itu sudah lebih dari cukup.

3. Jangan menyebarkan informasi yang tidak manusiawi

Anda mungkin bukan pelaku langsung dehumanisasi, tetapi jika Anda membagikan berita atau klip di media sosial yang mengandung perilaku dehumanisasi tanpa menyaring informasinya terlebih dahulu, maka Anda juga telah berkontribusi dalam menyebarkan hal tersebut.

Pembahasan mengenai perilaku dehumanisasi tentu tetap bisa dilakukan, namun harus dari sumber yang valid, informatif, dan faktual. Hindari menyebarkan berita dari sumber yang rasis atau misoginis.

Sadarlah bahwa saat Anda menyebarkan berita atau video dehumanisasi, maka Anda telah memancing komentar atau dukungan dari orang-orang yang mungkin memiliki ide dehumanisasi yang sama. Karena itu, diperlukan penyaringan yang ketat sebelum menyebarkan sesuatu yang Anda lihat di media sosial.

4. Angkat orang lain dan jangan merendahkan

Merendahkan orang lain tidak akan membuat Anda menjadi lebih tinggi atau lebih baik. Cara yang baik untuk mengangkat diri sendiri adalah dengan mengangkat orang lain. Jika Anda memiliki kepercayaan diri yang kuat, maka Anda tidak perlu menekan atau menjatuhkan orang lain untuk bisa merasa lebih baik. Semakin tinggi otoritas dan kekuasaan yang Anda miliki, maka semakin perlu berhati-hati dalam mengkritik orang lain.

5. Bicarakan secara terbuka bias yang terjadi di sekitar Anda

Saat Anda melihat ada bias atau kondisi yang mengarah pada dehumanisasi di lingkungan Anda, baik keluarga, lingkungan kerja atau lingkaran pertemanan, maka ungkapkan dan bicarakan hal itu secara terbuka.

Misalnya, saat menyadari teman Anda bertindak tidak manusiawi pada orang lain dengan dalih bercanda, ungkapkan langsung dengan cara yang baik bahwa itu tindakan yang tidak tepat. Mungkin hal ini akan membuat hubugan menjadi tidak nyaman dan canggung, tetapi ini perlu dilakukan agar dehumanisasi dapat diwaspadai dan dihapuskan.

Baca Juga

  • Sindrom Marfan - Penyebab, Ciri, dan Pengobatan
  • Jeratan Undang-Undang Body Shaming Mengintai Tukang Bully di Medsos
  • Kenali Faktor Penyebab KDRT dari Para Pelakunya

Itulah informasi terkait apa itu dehumanisasi dan cara untuk menghadapinya. Ingatlah jangan melawan dehumanisasi dengan dehumanisasi. Jika Anda ingin melontarkan kritik, maka kritiklah perbuatannya tanpa merendahkan individu tersebut.

Jika Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut soal dehumanisasi, hubungi langsung psikolog maupun psikiater lewat Chat Dokter yang ada di aplikasi kesehatan SehatQ. Unduh gratis di App Store dan Google Play.

Advertisement

bullyingkekerasan

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved