Cyberbullying adalah jenis bullying atau perundungan yang dilakukan dengan cara menyalahgunakan internet untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, hingga mengejek orang lain. Untuk mengatasinya, orangtua dapat mempelajari bahasa anak muda, mengajari anak sopan santun, hingga memandu anak untuk menjaga akun media sosialnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
30 Sep 2023
Cyberbullying adalah tindakan tak terpuji yang dilakukan di dunia maya.
Table of Content
Sama seperti bullying, cyberbullying atau perundungan siber juga harus diperangi. Tidak hanya orang dewasa, tindakan tak terpuji ini pun bisa dialami oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah.
Advertisement
Sebagai orangtua, Anda memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengontrol cara anak untuk menggunakan internet dan gawainya.
Sebab, bukan tak mungkin anak Anda juga terlibat sebagai pelaku atau bahkan korban cyberbullying. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kasus cyberbullying sering kali terjadi di kalangan anak remaja yang masih sekolah.
Mari kita telaah lebih lanjut mengenai apa itu cyberbullying, dampaknya terhadap korban, serta cara mengatasinya.
Pengertian cyberbullying adalah penyalahgunaan internet untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, dan mengejek orang lain. Tidak seperti bullying fisik maupun verbal, bentuk bullying ini tidak membutuhkan pertemuan tatap muka dan tanpa melibatkan kekuatan fisik.
Cyberbullying adalah tindakan perisakan yang bisa dilakukan semua orang, asal mereka memiliki koneksi internet dan perangkat seperti telepon pintar. Pelakunya bisa bersifat anonim sehingga mereka kerap tak memiliki rasa khawatir untuk teridentifikasi.
Tindakan cyberbullying juga bisa terjadi 24 jam atau sepanjang waktu. Selain itu, sebagai dampaknya, korban akan terus mengalami perisakan di berbagai tempat, tidak hanya di dunia maya, melainkan juga kehidupan nyata.
Perisakan siber atau cyberbullying dapat dilakukan semua umur, termasuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak laki-laki dinilai lebih sering melakukannya melalui aktivitas sexting, atau dengan cara mengirimkan ancaman fisik.
Di sisi lain, anak perempuan melakukan cyberbullying dengan melontarkan kebohongan, gosip, rumor, atau menyebarkan rahasia orang lain.
Walaupun begitu, para pengguna internet bisa bertukar peran dalam perisakan siber. Di satu waktu mereka bisa menjadi korban cyberbullying, tapi ada pula risiko mereka untuk menjadi pelakunya.
Bukan tak mungkin, putra-putri Anda menjadi pelaku cyberbullying dan melecehkan orang lain di internet. Terlebih, anak-anak saat ini, generasi Z (dikenal dengan digital native), mahir menggunakan internet dan perangkat untuk mengaksesnya.
Maka dari itu, stop cyberbullying sekarang juga dengan berbagai cara berikut ini:
Sampaikan kepada anak-anak, aturan ini berlaku di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Dorong mereka untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri, mengenai efek yang akan dirasakan, apabila menerima pesan-pesan negatif dari orang lain.
Apabila timbul masalah dalam lingkungan pertemanan anak, ingatkan mereka untuk menerapkan pentingnya diskusi sehat. Sampaikan bahwa konfrontasi dengan ujaran negatif di jejaring sosial bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ajarkan anak untuk senantiasa berhati-hati dalam mengirimkan pesan maupun berkomentar melalui media dan jejaring sosial. Anak-anak harus diingatkan begitu mereka mengklik tombol “kirim”, akan sulit untuk menarik hal yang telah disampaikannya.
Sampaikan pula untuk berhati-hati dalam mengirimkan candaan kepada penerima pesan. Sebab, ada kalanya penerima pesan memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang candaan yang dikirimkan.
Misalnya, anak Anda mungkin belum memahami bahwa komentar mengenai fisik seseorang bukanlah lelucon. Terlebih bagi orang lain, komentar itu dapat menjadi sangat menyakitkan.
Beberapa contoh cyberbullying di media sosial yang perlu diwaspadai, di antaranya:
Berbagai contoh kasus cyberbullying di atas tentu perlu diwaspadai dan diketahui anak supaya tidak menjadi pelaku apalagi korbannya.
Dorong anak Anda untuk selalu menyaring isi pesan yang hendak disampaikan. Ingatkan mereka untuk tidak mengirimkan kata-kata kasar, tidak sopan, sindiran, hingga kebohongan, seperti hoaks, rumor, dan gosip.
Anda disarankan untuk memperkenalkan cyberbullying beserta dampaknya, serta mengajarkan mereka untuk merespons aksi perisakan tersebut.
Adanya grup chat mungkin menjadi daya tarik bagi anak dalam mengakses aplikasi jejaring sosial. Mereka mungkin tidak menjadi pelaku cyberbullying. Namun, bukan mustahil bahwa perilaku tersebut dapat menular dari teman-temannya yang lain.
Sampaikan kepada anak apabila percakapan bersama teman-temannya sudah mengarah ke perisakan siber. Bicarakan baik-baik dengan Anda sebagai orangtuanya.
Salah satu cara mencegah cyberbullying yang bisa diterapkan oleh orangtua adalah mempelajari bahasa anak muda.
Ketika orangtua sudah memahami bahasa-bahasa anak muda dalam melakukan tindakan bullying di media sosial, maka perundungan di dunia maya diharapkan dapat dicegah.
Pasalnya, anak remaja dapat menggunakan bahasa gaul untuk melakukan tindakan cyberbullying. Dalam beberapa kasus, orangtua tidak mengerti arti dari berbagai bahasa gaul anak muda masa kini.
Maka dari itu, untuk mencegah supaya anak Anda tidak menjadi korban cyberbullying, ada baiknya Anda juga mempelajari berbagai bahasa anak muda.
Dengan begitu, ketika Anda melihat ada komentar-komentar di kolom komentar akun Instagram atau Facebook anak, Anda bisa tahu apa maksud dan artinya. Jika memang ada tanda-tanda tindakan cyberbullying, Anda bisa langsung mengambil tindakan.
Anak Anda mungkin pernah menjadi korban cyberbullying atau cyber harrasment (kekerasan di dunia maya), tetapi ia terlalu takut atau malu untuk melapor pada kedua orangtuanya.
Agar anak mau bercerita dengan jujur, cobalah raih kepercayaan mereka. Pastikan kepada mereka bahwa Anda akan menjaga kerahasiaan informasi tentang contoh cyberbullying yang diutarakan oleh anak.
Jika anak Anda sudah berani menceritakan pengalamannya menjadi korban atau pernah menjadi saksi dari kasus cyberbullying, barulah orangtua dapat melakukan tindakan untuk melawannya.
Cara mengatasi cyberbullying selanjutnya adalah mengajari anak sopan santun. Setiap orangtua tentu tidak mau anaknya menjadi pelaku tindakan ini. Maka dari itu, cobalah minta anak untuk berperilaku baik dan sopan santun di media sosial.
Ajarkan mereka untuk berkata dengan halus dan lembut ketika ingin memberikan komentar terhadap foto temannya di Instagram atau Facebook.
Selain itu, ajarkan anak untuk tidak mengunggah hal-hal yang menjelekkan sesuatu atau seseorang. Hal-hal inilah yang nantinya dapat mencegah anak melakukan tindakan cyberbullying.
Biasanya, pihak sekolah atau masyarakat setempat suka mengadakan acara untuk membahas tindakan cyberbullying. Jika memang Anda menemukan acara seperti ini, datanglah ke sana dan berpartisipasi.
Berbincanglah dengan tetangga atau orangtua murid lainnya agar bisa mendapatkan solusi dari masalah ini. Berkerja sama dengan pihak lain akan mempermudah upaya orangtua dalam memerangi cyberbullying.
Anak-anak bisa saja mendapatkan pesan dari orang yang tidak dikenal di media sosial. Beri tahu anak untuk lebih berhati-hati lagi saat mereka menerima pesan dari orang asing.
Hal ini dilakukan guna mencegah online bullying dan mencegah virus yang bisa meretas data pribadi anak di media sosial. Dengan begitu, data pribadi mereka tidak disalahgunakan oleh orang asing.
Saat anak selesai bermain media sosial di dunia maya, ajarkan anak untuk keluar atau log out. Hal ini dilakukan agar akun media sosialnya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Perlu diketahui, bullying di media sosial kerap dialami oleh remaja. Maka dari itu, mintalah mereka untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengelola akunnya.
Tidak hanya itu, biasakan anak untuk mengganti kata sandi media sosialnya secara rutin agar akunnya tetap aman.
Dikutip dari Very Well Family, terdapat beberapa penyebab cyberbullying yang perlu dipahami orangtua agar tindakan tak tak terpuji itu dapat dicegah, di antaranya:
Salah satu potensi penyebab terjadinya kasus cyberbullying di Indonesia adalah kurangnya empati. Sebagian anak-anak muda beranggapan bahwa masalah ini sepele sehingga mereka meremehkan dampak buruknya pada korban.
Melonjaknya kasus-kasus cyberbullying dapat terjadi akibat pelakunya tidak takut tertangkap. Pasalnya, beberapa pelaku cyberbullying menggunakan akun anonim tanpa nama dan foto mereka. Hal ini membuat pelakunya merasa aman dan tidak takut tertangkap.
Karena cyberbullying dilakukan lewat dunia maya, pelakunya tak bisa melihat langsung reaksi kesedihan yang dirasakan oleh korbannya. Hal ini menjadi salah satu alasan mereka meremehkan perasaan korban sehingga terus melakukan perilaku tak terpujinya itu.
Popularitas menjadi salah satu hal yang mungkin dianggap penting oleh anak-anak muda di sekolah. Atas dasar ini, sebagian anak mungkin melakukan cyberbullying untuk mendapatkan perhatian dari teman-temannya.
Tidak hanya itu, mereka juga bisa melakukan perundungan di dunia maya untuk menurunkan status sosial dari korban.
Menurut UNICEF, terdapat beberapa efek samping dari cyberbullying yang harus diwaspadai, di antaranya:
Seseorang dapat merasa kesal, sedih, malu, dan bahkan marah saat dirinya menjadi korban cyberbullying. Hal ini dianggap bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Secara emosional, cyberbullying dapat membuat seseorang merasa malu dan kehilangan keinginan untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya ia sukai. Jika tak ditangani, kesehatan emosionalnya dapat terganggu.
Tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional saja, cyberbullying juga bisa mengganggu kesehatan mental, seperti kelelahan (karena kurang tidur), sakit kepala, hingga nyeri perut.
Kabar buruknya, korban cyberbullying sering kali dijadikan bahan becandaan oleh orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat membuat korbannya malu untuk membicarakan masalahnya dan meminta tolong.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk melihat ciri-ciri korban cyberbullying dan membantunya untuk mencari solusi terbaik.
Baca Juga
Semua orang dapat menjadi korban cyberbullying. Pelakunya juga bisa dekat dengan kehidupan Anda, termasuk anak yang mulai mahir dalam mengakses internet.
Anda sebagai orangtua memegang peranan besar untuk mengajarkan anak mengenai etika dalam bermedia social dan mencegah agar mereka tidak menjadi pelaku perilaku buruk ini.
Jika anak Anda pernah menjadi korban kasus cyberbullying di Indonesia dan menunjukkan keluhan medis, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga!
Advertisement
Ditulis oleh Arif Putra
Referensi
Artikel Terkait
Anak yang tidak mau makan mungkin memerlukan terapi agar tidak sampai memengaruhi kesehatannya. Terapi untuk anak susah makan dapat meliputi melatih mengunyah hingga membangung suasana positif saat makan.
20 Agt 2021
Selain menyenangkan, terdapat sejumlah manfaat permainan tradisional engklek untuk kesehatan fisik anak, mulai dari mendukung perkembangan kognitif, mengasah kemampuan motorik, hingga meningkatkan koordinasi tangan dan mata. Bagaimana cara memainkannya?
16 Jun 2022
Terdapat beberapa cara menghilangkan bau badan anak yang ampuh, seperti mengoleskan perasan air lemon, mandi secara teratur, hingga mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi kondisi medis tertentu.
22 Mei 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved