Studi terbaru menunjukkan pasien sembuh dari corona mempunyai imunitas selama 5-7 bulan. Baca ulasan lengkap mengenai kekebalan tubuh dari coronavirus, dan tes yang perlu dijalani pasien yang sembuh dari corona.
2023-03-27 07:56:26
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Peneliti terus berusaha melakukan riset pada pasien coronavirus
Table of Content
“Bisakah pasien yang sembuh dari Covid-19 kembali terinfeksi penyakit yang sama?” Ini merupakan salah satu pertanyaan penting di tengah upaya seluruh dunia mencari vaksin dan obat Covid-19. Apalagi jika kita berharap untuk menghentikan lajunya pandemi lewat herd immunity (kekebalan massal terhadap virus).
Advertisement
Tentu taktik herd immunity akan sia-sia jika seseorang yang sudah sembuh dapat terinfeksi untuk kedua kalinya, dan kembali menularkan virus corona pada orang lain.
Pada awal pandemi, para peneliti menemukan bahwa antibodi tubuh (sel protein dalam darah yang berfungsi melawan infeksi) untuk coronavirus dapat menurun dengan cepat (dalam hitungan bulan) setelah sembuh. Ini berarti, seseorang dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.
Namun baru-baru ini sebuah studi terbaru mengungkapkan hasil lain. Riset ini menemukan bahwa meski antibodi pasien yang sembuh dari corona menurun, sistem imunnya malah menguat dan dapat mencegah serangan infeksi virus corona yang kedua kali.
Peneliti mengatakan bahwa faktor utama yang memicu peningkatan imunitas pada pasien sembuh Covid-19 adalah peran sel T yang ada di dalam sel darah putih.
Pada riset awal, banyak ilmuwan menitikberatkan penelitian pada respons antibodi terhadap virus corona, tanpa mempertimbangkan peran sel darah putih dalam melawan infeksi. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa seseorang yang sembuh tidak memiliki imunitas untuk mencegah terinfeksi kembali.
Padahal sel darah putih memiliki sel T memori dan sel B yang berperan penting dalam menjaga tubuh dari serangan infeksi coronavirus yang kedua kalinya.
Fungsi sel T memori dan sel B dalam tubuh manusia bisa diibaratkan seperti mata-mata dan pabrik senjata pada masa perang.
Sel T memori berperan mengumpulkan semua informasi atau identifikasi tentang coronavirus yang masuk ke dalam tubuh, kemudian meneruskannya pada sel B. Sel B bertugas mengembangkan antibodi khusus yang mampu menyerang virus ini secara spesifik berdasarkan informasi yang sudah ada.
Dalam hasil penelitian terbaru yang dimuat pada Jurnal Immunity bulan Oktober 2020, dilaporkan bahwa pasien yang sembuh dari corona mempunyai antibodi yang dipercaya dapat memberikan kekebalan terhadap infeksi virus ini selama minimum 5 bulan setelahnya.
Studi ini tentunya sangat menjanjikan. Namun, masih diperlukan penelitian lanjutan mengenai keefektifan antibodi pada tubuh untuk mencegah infeksi ulang, apabila pasien yang sembuh tersebut terpapar ulang virus corona.
Selain antibodi, tubuh tiap orang yang terpapar Covid-19, bahkan pasien yang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, akan memproduksi sel T khusus. Sel-sel T tersebut dapat memburu virus corona apabila penderita kembali terpapar.
Oleh karena itu, sel T memiliki peran penting dalam mencegah seseorang terinfeksi kembali untuk jangka panjang. Pasalnya, studi lain menunjukkan bahwa sel T dapat bertahan dalam tubuh selama bertahun-tahun. Jauh lebih lama daripada keberadaan antibodi, yaitu selama 5-7 bulan.
Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh suatu riset lain. Studi ini memeriksa tubuh 36 pasien yang sudah dinyatakan telah sembuh dari Covid-19. Hasilnya, tubuh mereka menciptakan sel T memori yang dapat mengenali dan dirancang spesifik guna menghadapi virus Covid-19.
Baca Juga
Sebuah riset lain pun menemukan sesuatu yang mengejutkan dan menggembirakan. Banyak orang yang belum pernah terpapar, sudah memiliki sel T memori yang dapat mengenali virus corona terbaru, si penyebab Covid-19.
Mengapa demikian?
Peneliti berpendapat bahwa kebaikan tersebut muncul karena fenomena reaksi silang (cross reactivity). Reaksi silang adalah kondisi di mana sel T bereaksi terhadap virus yang tidak dikenal oleh tubuh, namun masih satu keluarga dengan virus lain yang pernah masuk ke tubuh.
Sebagai contoh, sel T pada seseorang yang pernah terpapar virus corona penyebab flu biasa, dapat mengenali dan bereaksi terhadap virus corona penyebab Covid-19. Pasalnya, kedua virus ini sama-sama termasuk dalam kelompok coronavirus.
Menurut para ahli, fenomena cross reactivity juga menjadi alasan mengapa sebagian orang dapat menunjukkan gejala ringan, sedangkan yang lain mengalami gejala berat.
Artinya, jika Anda pernah terpapar jenis coronavirus, sel T di tubuh Anda dapat mengidentifikasi dan melawan infeksi Covid-19 lebih baik daripada orang yang sama sekali belum pernah terpapar.
Hasil penelitian tersebut tentunya sangat membahagiakan. Meski begitu, para peneliti sendiri belum sepenuhnya yakin berapa lama imunitas ini akan bertahan dalam tubuh seseorang.
Kabar baiknya, hasil sampel darah para pasien yang sembuh dari SARS (masih termasuk dalam coronavirus), jangka hidup sel T bisa mencapai beberapa dekade.
Sel T ini pun dikatakan dapat mengidentifikasi virus corona penyebab Covid-19.
Perlu studi lebih lanjut dan lebih luas mengenai fungsi sel T memori ini agar hasilnya dapat benar-benar dibuktikan secara ilmiah.
Dalam jangka panjang, vaksin yang efektif dan aman merupakan perlindungan terbaik terhadap Covid-19.
Penelitian seputar kekebalan tubuh setelah terinfeksi terus berkembang, dan studi terakhir memberikan harapan bahwa pasien yang sembuh akan mempunyai kekebalan selama 5-7 bulan setelah infeksi.
Sampai penelitian lebih dalam mengenai kekebalan virus corona serta vaksin yang efektif tersedia, maka hal yang paling penting untuk diterapkan adalah protokol kesehatan, seperti physical distancing, pemakaian masker, dan kebiasaan mencuci tangan.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Minuman penurun demam bisa membantu mengatasi demam dan mencegah dehidrasi akibat berkurangnya cairan tubuh saat terjadi peningkatan suhu tubuh.
Pita suara merupakan salah satu faktor kesehatan yang perlu Anda jaga. Miley Cyrus baru-baru ini menjalani operasi pita suara, setelah mengetahui ada masalah saat sedang memeriksakan radang amandelnya.
Penyakit dekompresi merupakan cedera yang timbul akibat perpindahan dari ketinggian yang tinggi ke rendah. Hal ini menyebabkan tubuh mengakumulasi nitrogen. Akumulasi ini dapat menyebabkan gelembung di aliran darah dan berpotensi merusak jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa lemas, kebingungan, lemas, nyeri dada, sakit kepala, dan vertigo.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved