Antipsikotik adalah golongan obat yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi gejala psikosis yang bisa dialami oleh penderita gangguan mental. Antipsikosik tersedia dalam bentuk tablet, sirop, atau suntik.
27 Agt 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Penderita gangguan mental sering mengalami halusinasi yang sebenarnya tidak nyata
Table of Content
Pernahkah Anda mendengar orang yang mengalami halusinasi, seperti melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata? Sebenarnya, orang yang benar-benar mengalami halusinasi, harus mendapatkan penanganan. Sebab, halusinasi merupakan salah satu dari kumpulan gejala serius, yang masuk dalam kondisi psikosis atau gangguan psikotik.
Advertisement
Gangguan psikotik sering dialami oleh orang-orang yang mengalami gangguan mental tertentu. Misalnya, kondisi skizofrenia, gangguan bipolar, hingga psikosis pospartum, pada ibu yang baru melahirkan.
Penanganan kondisi psikosis tersebut dapat dilakukan, dengan pemberian obat-obatan. Obat-obatan inilah yang disebut sebagai antipsikotik.
Antipsikotik, yang digunakan sebagai penanganan psikosis, dengan menghambat neurotransmiter dopamin. Dopamin merupakan salah satu neurotransmiter di otak, yang sebenarnya berperan dalam komunikasi zat kimia dalam tubuh.
Pada orang yang mengalami psikosis, sinyal dopamin menjadi tidak normal. Obat antipsikotik bekerja dengan memblokir pesan-pesan yang tidak normal tersebut.
Antipsikotik terbagi atas dua golongan yang didasarkan pada tahun penemuannya. Antipsikotik dibagi menjadi antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal.
Antipsikotik tipikal adalah obat untuk mengatasi episode psikosis, yang kerap terjadi pada penderita gangguan skizofrenia. Pada beberapa kasus, antipsikotik tipikal juga digunakan untuk memulihkan kondisi mania (perasaan gembira berlebihan), rasa gelisah, serta kondisi kejiwaan lain.
Obat ini disebut juga sebagai neuroleptic atau antipsikotik konvensional, yang menjadi antipsikotik generasi pertama. Antipsikotik mulai dikembangkan pada tahun 1950-an.
Antipsikotik atipikal adalah obat yang juga digunakan untuk memulihkan kondisi psikosis atau gangguan psikotik. Antipsikotik atipikal merupakan golongan antipsikotik yang lebih baru dari antipsikotik tipikal, ditemukan sekitar tahun 1990-an. Karena termasuk baru, golongan ini disebut sebagai antipsikotik generasi kedua.
Selain dopamin, antipsikotik atipikal juga dapat memengaruhi serotonin, yaitu neurotransmiter lain di otak.
Kedua jenis obat antipsikotik tersebut, dapat menimbulkan efek samping yang berbeda. Salah satu efek samping yang dibandingkan yakni efek samping ekstrapiramidal.
Antipsikotik tipikal memiliki potensi yang lebih besar, untuk menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. Efek samping ini mengganggu sistem ekstrapiramidal di otak, yang berarti juga mengganggu sistem motorik serta koordinasi tubuh.
Efek samping esktrapiramidal karena konsumsi obat antipsikotik tipikal, dapat berupa tremor, kejang, kekakuan otot, serta hilangnya kontrol atau koordinasi pergerakan otot. Efek samping ini kadang menjadi permanen, walau konsumsi obat antipsikotik tipikal telah dihentikan.
Berbeda dari antipsikotik tipikal, obat antipsikotik atipikal memiliki risiko yang lebih kecil, untuk menimbulkan efek samping ekstrapiramidal.
Walau begitu, beberapa penelitian menunjukkan, efek samping antipsikotik atipikal tidak selalu berisiko lebih kecil dibandingkan pendahulunya. Bahkan, golongan kedua ini lebih cenderung menyebabkan diabetes tipe 2, peningkatan berat badan, dan tardive dyskinesia (gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan tubuh berulang tanpa disengaja).
Terlepas dari efek samping yang mungkin dialami penderita psikosis, antipsikotik tipikal masih digunakan dalam pengobatan lini pertama penyakit mental tertentu, juga apabila obat lain tidak efektif.
Baca Juga
Antipsikotik tipikal memiliki tiga kategori, yaitu yang potensi rendah, sedang, atau tinggi. Secara umum, antipsikotik potensi tinggi lebih efektif daripada yang rendah, karena potensi rendah memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek serupa. Namun, hal tersebut tidak selalu terjadi.
Antipsikotik tipikal bersifat individual, dan mungkin diperlukan berbagai usaha sebelum dokter menemukan kombinasi obat yang tepat.
Ada banyak contoh antipsikotik tipikal, beberapa di antaranya, yakni:
Terkadang, penggunaan antipsikotik tipikal juga dikombinasikan dengan obat untuk gangguan mental lain. Misalnya, dengan obat penstabil mood (carbamazepine, lithium), semua golongan obat antidepresan, atau dengan obat antikecemasan (clonazepam, diazepam).
Ada banyak pula contoh obat antipsikotik atipikal, untuk mengatasi gejala psikosis di berbagai gangguan mental. Beberapa obat antipsikotik atipikal adalah:
Sebagai tambahan, pada tahun 2006 telah disetujui obat kombinasi obat antipsikotik dan obat antidepresan, dalam satu pil. Obat ini terdiri atas antipsikotik atipikal olanzapin dengan antidepresan penghambat penyerapan serotonin (SSRI) fluoksetin. Pil gabungan olanzapin dan fluoksetin digunakan untuk memulihkan depresi yang disebabkan oleh gangguan bipolar.
Antipsikotik tak boleh Anda konsumsi sembarangan. Anda harus memperhatikan beberapa aspek berikut sebelum menggunakan antipsikotik:
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kemudahan berbelanja secara online jadi salah satu pemicu seseorang kecanduan belanja. Kondisi ini juga bisa tergolong gangguan mental bila tidak diatasi secara serius.
Gangguan bipolar menyebabkan suasana hati, tingkah laku, dan energi penderitanya berubah secara ekstrem. Meski belum diketahui penyebab pastinya, terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu bipolar. Apa saja?
Cherophobia adalah ketakutan maupun keengganan yang tak rasional untuk merasa bahagia atau takut terhadap kebahagiaan sehingga selalu ingin kecewa.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved