Antibiotik untuk jerawat dapat digunakan sebagai salah satu cara mengobati jerawat membandel. Meski demikian, penggunaan obat antibiotik untuk jerawat tidak boleh sembarangan karena harus sesuai dengan resep dan petunjuk dari dokter.
2023-03-30 01:51:17
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penggunaan obat antibiotik untuk jerawat tidak boleh sembarangan karena harus sesuai resep dokter
Table of Content
Antibiotik untuk jerawat dapat digunakan sebagai salah satu cara mengobati jerawat membandel dengan tingkat keparahan bertaraf sedang hingga parah akibat infeksi bakteri. Meski demikian, penggunaan obat antibiotik untuk jerawat tidak boleh sembarangan karena harus sesuai dengan petunjuk dari dokter.
Advertisement
Jerawat adalah suatu kondisi kulit yang disebabkan oleh penyumbatan pori-pori akibat produksi minyak berlebih, penumpukan sel kulit mati, serta infeksi bakteri.
Biasanya, pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan merawat kulit dan menggunakan salep jerawat yang dibeli di apotek.
Akan tetapi, ada beberapa jenis jerawat dengan derajat tertentu, seperti jerawat kistik (jerawat batu) dan jerawat nodul, yang tidak cukup diobati dengan salep jerawat pada umumnya.
Maka dari itu, dibutuhkan pengobatan jerawat dari dokter untuk mengobati jerawat meradang tersebut.
Salah satu cara mengobati jerawat yang umum diresepkan oleh dokter adalah dengan penggunaan obat antibiotik untuk jerawat.
Antibiotik untuk jerawat bekerja dengan mengurangi jumlah bakteri penyebab jerawat, Propionibacterium acnes, yang terdapat pada lapisan kulit dan folikel rambut.
Antibiotik juga memiliki efek antiradang yang mampu mengurangi kemerahan dan pembengkakan pada jerawat.
Antibiotik untuk jerawat meradang yang diresepkan oleh dokter bisa dalam bentuk obat minum maupun obat oles.
Salep antibiotik untuk jerawat mampu melawan bakteri yang terdapat pada area kulit berjerawat.
Sedangkan, antibiotik untuk jerawat dalam bentuk oral (obat minum) bekerja dengan masuk ke dalam kelenjar minyak untuk membunuh bakteri dalam pori-pori kulit secara keseluruhan.
Terkadang, keduanya bisa diberikan bersamaan oleh dokter kulit untuk mengobati jerawat meradang secara maksimal.
Dokter kulit mungkin juga meresepkan obat jerawat lain, seperti benzoil peroksida dan retinoid.
Sebab, obat antibiotik untuk jerawat tidak dapat bekerja sendiri sehingga perlu dikombinasi dengan obat jerawat lainnya.
Selain itu, penggunaan antibiotik untuk jerawat bisa berisiko meningkatkan resistensi antibiotik apabila tidak digunakan sesuai aturan. Oleh karena itu, penggunaannya perlu dibarengi dengan obat jerawat lain.
Umumnya, antibiotik untuk jerawat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu antibiotik yang dioleskan ke kulit atau topikal (salep, krim, atau gel) dan antibiotik oral (obat minum)
Berikut adalah penjelasan selengkapnya mengenai pilihan obat antibiotik untuk jerawat.
Salah satu jenis antibiotik untuk jerawat berbentuk topikal adalah clindamycin. Antibiotik clindamycin untuk jerawat hadir dalam bentuk gel, cair, dan lotion.
Clindamycin merupakan salep antibiotik untuk jerawat yang bekerja untuk mengurangi jumlah bakteri penyebab jerawat serta mengurangi peradangan dan pembengkakan pada jerawat.
Sebelum menggunakan antibiotik clindamycin untuk jerawat, ada baiknya Anda membaca aturan pakai yang diberikan dokter.
Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik clindamycin untuk jerawat yang penggunaannya dilakukan 2 kali sehari.
Kocok salep antibiotik untuk jerawat ini sebelum digunakan agar kandungan obat tercampur merata.
Kemudian, oleskan pada area kulit yang terdapat jerawat setiap harinya.
Jika menggunakan antibiotik clindamycin untuk jerawat, dokter biasanya akan meresepkan obat lain, seperti benzoil peroksida dan retinoid agar pengobatannya lebih efektif dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
Akan tetapi, penggunaan antibiotik dengan obat lain pun tidak boleh sembarangan.
Pada beberapa bulan pemakaian, Anda bisa menggunakan retinoid atau benzoil peroksida pada pagi hari, lalu gunakan antibiotik clindamycin untuk jerawat di malam hari.
Sama seperti obat-obatan pada umumnya, antibiotik clindamycin untuk jerawat juga dapat menimbulkan efek samping, seperti sensasi kulit terbakar, kulit kering, kulit gatal, kulit berminyak, kemerahan, dan kulit mengelupas.
Pada beberapa kasus, efek samping antibiotik clindamycin untuk jerawat dalam bentuk oles bisa menimbulkan reaksi alergi atau hipersensitif, yang ditandai dengan kulit gatal hingga pembengkakan.
Jika Anda curiga mengalami reaksi alergi akibat penggunaan salep antibiotik untuk jerawat ini, segera hentikan pemakaian dan temui dokter.
Selain dalam bentuk topikal, antibiotik clindamycin untuk jerawat juga tersedia dalam bentuk oral.
Salep antibiotik untuk jerawat berikutnya adalah erythromycin. Antibiotik erythromycin untuk jerawat terdapat dalam bentuk gel, cair, dan lotion.
Sama seperti clindamycin, erythromycin untuk jerawat topikal berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri penyebab jerawat dan mengurangi kemerahan dan peradangan.
Penggunaan erythromycin untuk jerawat perlu dibarengi dengan obat lainnya, seperti benzoil peroksida dan retinoid, untuk memaksimalkan hasil yang didapat serta mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
Sebagian besar orang mungkin tidak akan mengalami efek samping yang serius saat mengoleskan erythromycin.
Namun, efek samping tertentu bisa saja terjadi pada beberapa orang, seperti iritasi kulit ringan, sensasi terbakar atau menyengat di kulit, kulit kemerahan, dan kulit kering.
Jika efek samping tersebut dirasa cukup mengganggu, atau disertai dengan munculnya ruam kulit, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Tak hanya dalam bentuk topikal, erythromycin untuk jerawat juga tersedia dalam bentuk oral.
Tetracycline, termasuk doxycycline dan minocycline, merupakan obat penghilang jerawat pilihan utama yang diresepkan dokter dibandingkan antibiotik untuk jerawat bentuk oral lainnya.
Tetracycline adalah obat antibiotik untuk jerawat yang bekerja dengan memperlambat pertumbuhan bakteri jerawat sekaligus mengurangi peradangan dan pembengkakan.
Antibiotik jerawat doxycycline bisa digunakan untuk mengobati jerawat sedang hingga berat.
Terkadang, tetracycline juga diresepkan untuk mengobati jerawat ringan yang cukup membandel.
Umumnya, dokter akan melihat kondisi jerawat yang Anda alami. Kemudian, ia akan mempertimbangkan dosis, antara 125 dan 500 miligram, yang tepat untuk Anda minum setiap hari atau 2 hari sekali.
Biasanya, dosis lebih tinggi akan diresepkan terlebih dahulu. Jika kondisi jerawat sudah cukup membaik, dokter akan menurunkan dosis obat antibiotik untuk jerawat ini.
Antibiotik jerawat doxycycline tidak bisa digunakan sendiri. Dokter akan meresepkan salep jerawat lainnya, seperti retinoid atau azelaic acid.
Adapun efek samping penggunaan tetracycline sebagai obat antibiotik untuk jerawat, termasuk nyeri perut, mual, sakit tenggorokan, diare, infeksi jamur vagina, ruam, pusing, hingga kulit jadi sensitif terhadap paparan sinar matahari (walaupun jarang terjadi).
Bagi Anda yang sedang hamil atau menyusui, tidak disarankan untuk mengonsumsi antibiotik jerawat doxycycline dan minocycline.
Azithromycin merupakan pilihan obat antibiotik untuk jerawat dalam bentuk oral lainnya.
Umumnya, azithromycin lebih sering dijadikan sebagai alternatif bagi orang-orang yang tidak bisa mengonsumsi tetracycline untuk mengobati jerawat.
Namun, bila penggunaan tetracycline untuk jerawat tidak kunjung berhasil menyembuhkan jerawat, azithromycin mungkin dapat diresepkan oleh dokter.
Sama seperti obat antibiotik untuk jerawat lainnya, penggunaan azithromycin juga perlu dikombinasikan dengan obat lain, seperti benzoil peroksida, untuk mengurangi risiko resistensi antibiotik.
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan azithromycin adalah kulit sensitif terhadap paparan sinar matahari (jarang terjadi), nyeri perut, diare, mual, dan muntah.
Jika efek samping tersebut cukup mengganggu, tak ada salahnya untuk menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Penggunaan obat antibiotik untuk sakit jerawat harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Lama waktu menggunakan antibiotik untuk jerawat tergantung pada tingkat keparahan jerawat dan seberapa efektif antibiotik membunuh bakteri.
Menurut American Academy of Dermatology, proses penyembuhan jerawat dari penggunaan antibiotik membutuhkan waktu 3-4 bulan lamanya.
Biasanya, dokter akan meresepkan antibiotik dalam jumlah dosis yang sedikit. Hal ini karena penggunaan antibiotik tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Meski demikian, beberapa orang mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menggunakan obat antibiotik untuk jerawat.
Perlu diingat, Anda tidak boleh menambahkan atau mengurangi dosis obat tanpa mendapat persetujuan dari dokter.
Jadi, jangan berhenti menggunakan atau mengonsumsi obat antibiotik untuk sakit jerawat walaupun jerawat yang Anda alami sudah hilang atau kondisinya mulai membaik.
Sebaliknya, tetap lanjutkan minum obat antibiotik sesuai yang diresepkan dokter untuk mengobatinya secara penuh.
Jika Anda tidak menghabiskan obat antibiotik untuk jerawat yang diresepkan oleh dokter, beberapa jenis bakteri mungkin dapat bertahan hidup dan meningkatkan risiko kebal terhadap antibiotik (resisten antibiotik) sehingga menjadi sulit untuk mengobati infeksi.
Obat antibiotik untuk jerawat hanya dapat diperoleh melalui resep dokter.
Selain mengonsumsi obat-obatan tersebut, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk merawat kulit berjerawat, seperti:
Jika digunakan sendiri, antibiotik justru dapat kehilangan kemampuannya dalam melawan jerawat.
Saat kondisi ini terjadi, bakteri penyebab jerawat bisa terus tumbuh dan berkembang menjadi resistensi antibiotik.
Maka dari itu, dokter kulit akan meresepkan obat pereda jerawat lain bersamaan dengan antibiotik.
Pastikan Anda tidak menggosok kulit terlalu kencang saat membersihkan wajah.
Menggosok kulit terlalu kencang bisa mengiritasi dan memperburuk kondisi jerawat Anda.
Anda tetap perlu berkonsultasi dengan dokter apabila pengobatan jerawat menggunakan antibiotik sudah selesai dilakukan.
Anda juga bisa meminta rekomendasi cara merawat kulit berjerawat yang tepat agar kulit tetap bersih dan bebas dari jerawat.
Baca Juga
Jika Anda mendapat resep obat atau salep antibiotik untuk jerawat, jangan ragu untuk bertanya langsung ke dokter bila Anda belum paham betul mengenai aturan pakainya
Apabila muncul reaksi efek samping tertentu yang cukup mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Masih punya pertanyaan seputar obat antibiotik untuk jerawat, coba tanyakan dengan dokter lewat aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Caranya, unduh sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Syringoma adalah tumor jinak berupa benjolan-benjolan kecil yang sering ditemukan di sekitar pipi atas dan kelopak mata bawah. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya, namun bisa mengganggu penampilan.
Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Kondisi ini ditandai dengan munculnya keriput, kerutan, dan garis halus. Penyebab penuaan dini, di antaranya paparan sinar matahari, kontraksi otot wajah yang berulang, posisi tidur kurang baik, hingga kebiasaan merokok.
Cara menghilangkan bruntusan dilihat penyebabnya, seperti jerawat dengan krim berbahan benzoil peroksida dan retinol. Bruntusan adalah benjolan-benjolan kecil di kulit.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved