Cara mencegah dan mengatasi bullying oleh anak bisa dilakukan dengan kerjasama antara orangtua dan sekolah untuk meredakan emosi anak.
11 Apr 2023
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Keluarga dan sekolah memegang peran penting dalam pencegahan bullying oleh anak.
Table of Content
Umumnya, anak pelaku bullying dituding sebagai anak yang kejam, tidak ramah, dan kurang dalam keterampilan sosial atau kurang pergaulan. Pencegahan bullying oleh anak pun dilakukan dengan cara yang terintegrasi dan memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk keluarga dan sekolah.
Advertisement
Secara teori, dahulu peneliti percaya bahwa anak pelaku bullying memiliki kemampuan sosial yang buruk dan harga diri yang rendah sehingga tidak memiliki teman, atau mereka pernah menjadi korban bullying. Namun, ciri-ciri tersebut tidak sepenuhnya berlaku.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, media sosial termasuk Instagram dan Facebook, serta game online, membawa pengaruh signifikan terhadap peningkatan kasus bullying di sekolah.
Tak seperti orang dewasa, anak-anak usia sekolah belum terlalu memahami dampak pemakaian Internet. Akibatnya, mereka pun belum menyadari dampak yang terjadi di dunia nyata, jika mereka melakukan hal-hal yang dianggap wajar di dunia maya. Misalnya, saat bermain game online, yang melibatkan gerakan seperti memukul dan meninju.
Untuk mencegah bullying di kalangan anak-anak, keluarga dan sekolah memiliki peran penting. Beikut yang harus diperhatikan sebagai cara mencegah bullying.
Orangtua berperan mencegah dan memutus rantai bullying melalui pendidikan parenting. Sebab berdasarkan penelitian, kasus bullying pun bisa terjadi di rumah, ketika orangtua memiliki lebih dari dua anak.
Bullying oleh kakak atau adik, menjadi bentuk kekerasan dalam keluarga yang paling sering ditemukan. Sayangnya, hal semacam ini malah dianggap sebagai bagian dari pendewasaan anak. Padahal sebagai dampak jangka panjang, anak yang menjadi korban bullying di tengah keluarga bisa mengalami gangguan mental.
Keluarga, termasuk orangtua, berperan penting dalam menghentikan dan mencegah bullying. Sudah menjadi tugas orang tua mengajak anak untuk berprilaku baik dan berani. Murid dengan keluarga yang harmonis, lebih jarang memperlihatkan perilaku agresif.
Seperti halnya keluarga, sekolah pun berperan penting dalam melakukan cara mencegah bullying. Anak-anak yang memiliki hubungan erat dengan keluarga, dan mendapat dukungan pihak sekolah, biasanya akan menghentikan tindakan bullying yang dijumpai.
Bullying yang dimaksud mulai dari kekerasan fisik, cyberbullying, pengucilan oleh kelompok tertentu, hingga kekerasan sosial, seperti gosip yang merugikan.
Cara mencegah bullying selanjutnya ialah mencari tahu ciri-ciri anak korban bullying. Orangtua perlu tahu bahwa sebagian besar anak korban bullying tidak menceritakan pengalamannya di-bully. Maka dari itu, orangtua harus berinisiatif untuk mencari tahu apa saja tanda-tanda bahwa anak Anda telah menjadi korban bullying.
Berikut adalah tanda-tanda bahwa anak telah di-bully di sekolah atau dilingkungannya:
Cara mencegah bullying yang tidak boleh dilupakan ialah memberi tahu anak cara melawannya. Melawan bukan berarti harus membalas para pelaku bullying.
Melawan bullying bisa dalam bentuk mengacuhkannya, mengadu pada orang yang lebih dewasa, atau meminta pelaku bullying untuk menghentikan kegiatan bullying-nya dengan nada yang tegas.
Penting bagi anak untuk tahu cara mengadukan kasus bullying ketika ia melihatnya. Maka dari itu, mintalah anak untuk tidak takut melaporkan kasus bullying kepada pihak sekolah, keluarga, atau bahkan pihak yang berwenang sekalipun.
Program anti bullying dari sekolah saja dianggap tidak cukup. Orangtua perlu bekerja sama dengan orangtua murid lainnya untuk mendukung program anti bullying tersebut.
Cobalah rutin bertemu dengan orangtua murid untuk membahas isu bullying di sekolah dan lingkungan. Hasil dari pertemuan ini dapat diberitahukan kepada pihak sekolah agar dapat direalisasikan.
Menanamkan sikap hormat pada anak dapat menjadi cara mencegah bullying agar Si Kecil tidak menjadi pelakunya.
Beri tahu anak bahwa ia tidak boleh mengejek fisik, ras, hingga penampilan teman-temannya di sekolah. Tanamkan rasa empati pada diri anak agar ia tidak menjadi pelaku bullying.
Orangtua juga boleh memberikan pujian pada anak jika ia mau berperilaku baik dan menghormati teman-temannya di sekolah.
Pujian ini diharapkan dapat membuat anak lebih bersemangat dan termotivasi untuk melakukan banyak hal baik di sekolah atau lingkungannya.
Contohnya, kasus yang ditangani Dorothy Espelage, PhD, seorang peneliti bullying sekolah, mewawancarai seorang anak, sebut saja namanya Johnny. Ia duduk di kelas VII di Chicago. Ayahnya seorang dokter, dan ibunya seorang politisi lokal. Johnny sangat pandai bergaul, bahkan ia dikagumi oleh teman-teman sekelasnya.
Namun, yang mengejutkan, Johny ternyata adalah anak pelaku bullying yang senang mengganggu anak-anak lain. Bahkan, ia juga merokok, mengonsumsi alkohol, dan sering membolos. Apa yang terjadi pada Johnny tentu sangat aneh, mengingat sepertinya ia adalah anak yang memiliki segalanya.
Namun, di era milenial, anak pelaku bullying bisa saja dari keluarga terpandang. Mereka memiliki kemampuan sosial yang normal, bahkan melebihi anak-anak lain.
Dalam banyak kasus, anak pelaku bullying menjadi pemimpin geng atau kelompok yang didukung oleh anak-anak lain. Mereka menjadi anak pelaku bullying karena mencoba mempertahankan eksistensi diri atau posisi mereka yang mendominasi di dalam kelompok karena merasa memiliki kelebihan.
Anak pelaku bullying akan mengidentifikasi target bullying yang rentan, lalu menetapkan dominasinya untuk mempertahankan kendali kelompok. Tentu saja hal ini sangat negatif dan tidak boleh dibiarkan.
Kebiasaan menindas atau mengganggu anak lain baik melalui kata-kata (verbal) atau tindakan, bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah kurangnya perhatian orangtua atau kekerasan dalam rumah tangga.
Johnny memiliki segalanya, kecuali perhatian orangtua yang sibuk menjalani profesi di luar rumah sebagai dokter dan politikus.
Bila dibiarkan, anak pelaku bullying saat dewasa akan kesulitan menyesuaikan diri di tengah masyarakat dan sering terlibat masalah. Studi menunjukkan, anak pelaku bullying terlibat perkelahian, dipenjara, penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba, mengonsumsi alkohol, dan memiliki masalah dalam karier serta hubungan pernikahan.
Baca Juga
Hanya ada satu solusi yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi bullying yang dilakukan anak, yaitu kerja sama antara orangtua dan pihak sekolah untuk meredakan faktor kemarahan sang anak.
Dalam kasus Johnny, ternyata ia marah karena kesepian dan orangtuanya tidak pernah ada saat ia membutuhkannya.
Apabila anak Anda terindikasi sebagai seorang pengganggu atau pelaku bullying, berikut saran para ahli:
Mengatasi bullying yang dilakukan anak tidak dengan menjauhi atau memarahinya. Namun justru harus dibantu dan dirangkul, agar ia bisa memperbaiki perilakunya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Terlalu protektif dan suka menghukum secara berlebihan adalah beberapa contoh kesalahan dalam mendidik anak yang harus dihindari orangtua. Kenapa?
Dengan memahami karakter anak dengan kemampuan indigo, Anda dapat mengetahui cara terbaik untuk mengembangkan potensi dan pola asuh yang tepat bagi Si Kecil. Bagaimana caranya?
Minyak ikan untuk bayi dipercaya dapat meningkatkan fungsi otak bayi. Namun, sebelum mengonsumsinya, Anda harus mengetahui manfaat, dosis hingga efek samping yang dimiliki minyak ikan terlebih dahulu.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved