Televisi memang menjadi hiburan yang dapat membawa kesenangan untuk anak. Bahkan membuat anak nonton TV berlama-lama tanpa memikirkan hal lain. Namun, di samping itu terdapat pula efek negatif yang perlu diwaspadai.
2023-03-27 16:05:27
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ada batasan tertentu sesuai usia anak nonton TV
Table of Content
Televisi menjadi salah satu hiburan yang banyak digemari baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Terdapat beragam program dalam televisi yang membuat anak betah menontonnya.
Advertisement
Sebagian anak bahkan menghabiskan banyak waktunya hanya untuk menonton TV. Hal ini dianggap dapat berpengaruh buruk pada fisik maupun mental anak. Sebenarnya, bolehkah anak nonton TV?
Memperbolehkan anak nonton TV sebelum usia 18 bulan dapat memberikan dampak yang buruk. Melihat layar, termasuk menonton TV, sebelum usia 18 bulan membawa dampak negatif yang bertahan lama pada perkembangan bahasa, keterampilan membaca, dan memori jangka pendek anak. Oleh sebab itu, Akademi Kedokteran Anak Amerika Serikat (APA) merekomendasikan waktu layar (screen time) untuk anak, yakni:
Bukan hanya memengaruhi kemampuan belajar, terdapat berbagai efek negatif yang dapat terjadi pada anak jika sering menonton TV.
Baca Juga
Menonton TV memang dapat menghadirkan kesenangan bagi anak, namun ini juga dapat memberi efek negatif. Beberapa efek negatif yang mungkin terjadi pada anak karena kebiasaan menonton TV, yaitu:
Pada umumnya, anak tidak dapat membedakan antara fantasi dan kenyataan sehingga ketika mereka menonton hal yang menakutkan atau berbau kekerasan, dapat menyebabkan sulit tidur dan mimpi buruk. Menonton TV dikaitkan dengan perubahan pola tidur dan gangguan tidur pada kalangan anak-anak dan remaja. Padahal jadwal tidur yang teratur adalah bagian penting dari tidur yang sehat.
Anak-anak yang menghabiskan lebih dari 4 jam per hari untuk menonton TV juga cenderung mengalami kelebihan berat badan karena tak bergerak aktif. Ketika menatap layar, termasuk menonton TV, anak-anak tidak akan bergerak aktif dan cenderung untuk ngemil.
Tak hanya itu, anak juga melihat berbagai iklan yang mendorong mereka untuk mengonsumsi makanan tidak sehat, seperti keripik kentang dan minuman berkalori rendah, yang seringkali menjadi camilan favorit.
Saat menonton TV, laju metabolisme juga lebih rendah daripada saat istirahat sehingga seseorang akan membakar lebih sedikit kalori saat menonton TV daripada hanya ketika duduk diam.
Penelitian menunjukkan bahwa penurunan kebiasaan anak menonton TV terbukti membuat kenaikan berat badan menjadi lebih sedikit dan indeks massa tubuh yang lebih rendah. Mengajak anak bermain di luar adalah cara yang baik untuk mempertahankan berat badan yang sehat untuk anak.
Anak-anak yang melihat acara kekerasan di TV cenderung menunjukkan perilaku agresif, merasa dunia menakutkan, dan khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya.
Karakter-karakter di TV juga seringkali menunjukkan perilaku buruk, seperti berkelahi, minum alkohol, atau merokok yang dapat ditiru oleh anak.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menonton program berbau seksual di TV lebih mungkin memulai hubungan seks lebih awal daripada teman sebayanya yang tidak menonton. Sementara, iklan rokok atau orang yang merokok di acara TV dapat mendorong anak untuk meniru karena merasa perilaku tersebut diterima oleh masyarakat.
Hubungan antara menonton televisi dan usia mulai merokok lebih kuat dibanding dengan teman yang merokok, orangtua yang merokok, ataupun jenis kelamin. Penelitian menunjukkan bahwa merokok yang dilakukan oleh karakter film dapat meningkatkan kemungkinan penontonnya untuk ikut merokok.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi orangtua dalam mengawasi tontonan anak, dan menetapkan batasan waktu menonton TV agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktunya di depan layar. Pilihlah program yang mendidik dan dirancang khusus anak-anak, seperti mengajarkan keterampilan bahasa atau berhitung.
Orangtua pun harus memberi pengertian pada anak secara meyakinkan dan jujur mengenai program yang ditonton oleh anak. Akan lebih baik jika orangtua tidak mengizinkan anak melihat program TV yang mengandung unsur kekerasan. Bagi anak-anak, bercerita, bernyanyi, membaca, mendengarkan musik, dan bermain jauh lebih penting untuk perkembangannya daripada menonton TV.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bullying adalah tindakan menindas atau menganggu orang lain demi mempertahankan eksistensi diri. Cara mencegah dan mengatasi bullying oleh anak bisa dilakukan dengan kerjasama antara orangtua dan sekolah untuk meredakan emosi anak.
Kenapa ibu sering marah pada anak dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti stres dan jenuh dengan rutinitas, tidak terpenuhinya kebutuhan pribadi, hingga merasa tidak becus mengurus anak. Hal tersebut juga bisa berdampak buruk pada psikologis anak.
Screen time pada anak dapat dibatasi dengan cara mengajak anak bermain di luar rumah, menciptakan zona bebas gawai, hingga aktif bermain dengan si kecil.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved