Rasis adalah perilaku merasa dominan dan superior terhadap kelompok lain dari ras yang berbeda. Munculnya sikap ini bisa disebabkan rasa kurang percaya diri seseorang.
29 Des 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Sikap rasis seringkali menyebabkan diskriminasi
Table of Content
Dari berbagai jenis stereotip akan perbedaan, rasis adalah salah satu yang bisa memicu gesekan cukup besar. Perilaku rasis berakar pada anggapan bahwa ras sendiri merupakan yang paling unggul. Konsekuensinya, muncullah sikap yang sarat dengan nilai diskriminasi.
Advertisement
Rasisme bentuknya beragam. Mulai dari prejudice terhadap orang dengan perbedaan warna kulit, latar belakang etnis, ras, kebangsaan, dan banyak lagi. Penting juga untuk tahu bahwa persepsi tentang rasisme di masa lalu bisa saja berbeda dengan saat ini.
Rasisme adalah bentuk ekstrem memberikan label atau stereotype kepada kelompok tertentu. Bukan hanya menimbulkan perpecahan sejak dulu, bahkan di tahun 2020 pun hal ini masih ada.
Lihat bagaimana kematian George Floyd pada 25 Mei 2020 lalu membangkitkan gelombang protes tak hanya di Amerika Serikat, tapi juga di berbagai negara. Ini menjadi tamparan keras tentang realitas yang tidak mengenakkan, bahwa perilaku rasis masih terjadi.
Beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang berperilaku diskriminatif terhadap orang dari kelompok berbeda adalah:
Orang yang kekurangan identitas dan kepercayaan diri akan mencari individu dengan karakter serupa. Setelah itu, sangat besar kemungkinan menutup diri dari orang lain. Terkadang, tindakan menutup diri ini bisa saja berkembang menjadi sikap diskriminatif.
Terlebih, ketika berada dalam sebuah kelompok, akan sangat mudah menyamakan persepsi untuk menyerang kelompok lain. Gangguan mental yang berkaitan erat dengan masalah ini adalah rasa paranoid dan gangguan narsistik.
Sikap diskriminatif akan berjalan seiring dengan kekurangan atau bahkan tidak adanya rasa empati. Orang yang bersikap rasis hanya akan empati kepada orang yang berasal dari kelompok sama dengannya. Tidak ada faktor kedekatan yang bisa memunculkan rasa kepedulian.
Rasa takut akan ancaman bisa menyebabkan seseorang membenci secara ekstrem. Ada banyak pemicunya, mulai dari rasa terancam hingga ketakutan kehilangan kekuasan. Tidak menutup kemungkinan perbedaan ini akan membuat seseorang merasa orang yang berada di kelompok berbeda dengan dirinya adalah yang salah.
Orang yang di masa kecilnya pernah merasa dikucilkan atau dianggap tidak sama dengan mayoritas bisa saja memiliki sikap rasis. Ini biasanya berhubungan erat dengan latar belakang ras dan etnis.
Tak hanya itu, tumbuh besar dengan lingkungan yang homogen atau seragam sangat mungkin membentuk persepsi sempit tentang orang lain. Oleh sebab itu, sangat mungkin pemikiran menjadi tidak terbuka.
Bagaimana hierarki yang terbentuk sejak dulu hingga kini juga turut berperan terhadap sikap diskriminatif terhadap orang lain. Contohnya di Amerika Serikat, hampir seluruh kelompok dominan dengan segala harta dan tahtanya berkulit putih.
Ini yang menimbulkan rasa superior terhadap orang lain dengan warna kulit berbeda. Apalagi, kondisi ini sudah berlangsung sangat lama dan sulit mengubahnya.
Jangan lupakan pula bagaimana peran media yang bisa saja justru melanggengkan praktik rasisme. Sebagian besar aktor di serial televisi dan film adalah orang berkulit putih. Lagi-lagi, ini menimbulkan persepsi siapa yang dominan atau dianggap memenuhi standar.
Sikap abai terhadap perilaku rasis sebenarnya adalah pupuk yang menyuburkan sikap ini. Anggapan bahwa isu rasisme hanya ada di masa silam dan tidak lagi terjadi di masa kini sangat salah. Justru, rasa abai ini membuat rasis dianggap tidak lagi penting.
Baca Juga
Rasisme bukan merupakan masalah mental. Namun, perilaku ini sangat terkait dengan proses adaptasi psikologis. Orang dengan sikap rasis gagal berpikir dan mempertimbangkan hal di sekitarnya sebelum bertindak.
Untuk mencegahnya, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:
Baca Juga
Perubahan untuk melawan sikap rasisme bisa dimulai dari diri sendiri. Perilaku ini bukan hanya masalah psikologis, tapi juga budaya. Apabila setiap orang memiliki kesamaan tujuan untuk mengubah sistem yang selama ini salah, maka perubahan pasti bisa diwujudkan.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bagaimana hubungan antara psikologi dan perilaku rasisme, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Body shaming merupakan perilaku mengkritik fisik atau tubuh seseorang dengan cara yang negatif. Harus dihentikan, body shaming dapat mengganggu kesehatan mental.
Bekatul beras merah tidak hanya dapat dikonsumsi oleh hewan ternak. Bekatul beras merah dapat dikonsumsi oleh manusia karena khasiatnya baik untuk kesehatan.
Malingering adalah tindakan memalsukan kondisi kesehatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pelaku biasanya akan pura-pura sakit sehingga ia tidak perlu melakukan tanggung jawabnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved