Mendidik anak adalah pembelajaran seumur hidup. Banyak kesalahan dalam mendidik anak yang dilakukan oleh orang tua, seperti mengabaikan kondisi obesitas, tidak memberikan teladan hingga menyepelekan bullying.
Orangtua kerap melewatkan hal-hal penting ketika mendidik anak SD.
Table of Content
Mendidik anak adalah pembelajaran seumur hidup. Tidak ada sekolah khusus yang mengajarkan orangtua tentang cara mendidik anak yang sempurna. Seperti halnya orangtua, anak pun menjalani berbagai pembelajaran, baik dalam hal akademis maupun perilaku, di sekolah.
Advertisement
Anak SD merasakan banyak hal baru. Begitu pula dengan Anda sebagai orangtua. Oleh karena itu, cermati tujuh kesalahan dalam mendidik anak SD berikut ini, agar Anda bisa menghindarinya.
Menurut Joyce Lee, ahli pediatrik di Rumah Sakit Anak Mott University of Michigan Ameriksa Serikat, banyak orangtua yang mengabaikan obesitas atau kelebihan berat badan pada anak.
Ini adalah kesalahan besar. Perubahan fisik anak SD memang terjadi, tapi jangan biarkan anak menjadi obesitas. Dorong anak untuk aktif dan menjalankan pola makan sehat. Sebab, obesitas pada anak bisa memicu penyakit hipertensi, kolesterol tinggi, serta diabetes, di masa dewasa.
Sebagian orangtua berpikir, cacian dan kritik pasti bisa memperbaiki perilaku anak. Begitu pula dengan berbagai pujian pada anak, bahkan jika diucapkan setengah hati oleh orangtua. Padahal, pujian yang dilontarkan tanpa kesungguhan hati orangtua, bisa berbahaya bagi anak.
Oleh karena itu, jangan berpura-pura ketika memberikan pujian pada anak. Berikan pujian dengan tulus. Misalnya, ketika anak berhasil membereskan mainan dan kamarnya. Dengan demikian, anak pun akan belajar memahami perasaan orang lain.
Sebelum memberikan perintah pada anak, pastikan Anda sudah menjadi teladan baginya. Misalnya, ketika meminta anak bangun pagi, maka Anda pun tidak boleh kesiangan. Keteladanan merupakan cara termudah dalam mendidik anak.
Kesalahan dalam mendidik anak SD yang juga umum dilakukan orangtua adalah menunda pembicaraan tentang topik pubertas. Orangtua disarankan mulai membicarakan pubertas bersama anak sejak ia berusia sembilan tahun.
Anda bisa mulai menjelaskan perubahan yang terjadi pada payudara dan menstruasi (untuk anak perempuan), serta jakun (untuk anak laki-laki). Sebagai orangtua, Anda pun sebaiknya mendorong anak menjalani pergaulan yang sehat.
Anak membutuhkan imunisasi, pemeriksaan gigi, serta pemeriksaan tumbuh kembang secara menyeluruh. Jika anak tidak mendapatkan pemeriksaan tahunan tersebut, maka dampaknya akan signifikan. Berikut ini jenis imunisasi yang harus diterima anak SD sesuai usianya.
Imunisasi diphteria tetanus (Dt) dan Campak/MR. Imunisasi Dt berguna untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, serta pertusis (batuk rejan) pada anak.
Imunisasi tetanus difteri (Td), sebagai lanjutan imunisasi Dt, agar kekebalan tubuh anak semakin baik.
Jika tidak memeriksakan anak secara rutin ke dokter, Anda melewatkan berbagai informasi penting tentang berat dan tinggi badan yang ideal, rekomendasi nutrisi, serta aktivitas fisik yang dianjurkan bagi anak.
Anak SD sangat rentan terhadap tindakan perisakan atau bullying. Anak yang sering terlihat murung, diam, tertekan, atau mengeluh kesakitan, bisa menjadi peringatan bagi orangtua tentang adanya bullying. Tanda lain dari bullying adalah ketika anak enggan bersekolah lagi. Jika hal ini terjadi, bicaralah dengan para guru di sekolah untuk mencari tahu penyebabnya.
Tindakan bullying pun bisa terjadi di dunia maya, melalui media sosial maupun pesan singkat. Oleh karena itu, pastikan selalu mengawasi aktivitas anak di media sosial, dan berkomunikasi secara terbuka dengannya. Jangan sampai Anda menyepelekan tanda-tanda bullying pada anak.
Melihat potensi yang cukup besar, orangtua mungkin tertarik untuk mendaftarkan anak ke berbagai les yang bisa membuatnya kelelahan. Hati-hati dalam memilih kegiatan di luar jam sekolah. Sebab berbagai aktivitas tersebut bisa memengaruhi performa di sekolah.
Untuk menghindari jadwal yang terlalu padat ini, lebih baik mintalah pendapat anak, sebelum Anda mendaftarkannya pada berbagai aktivitas tambahan di luar sekolah.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Dampak perceraian terhadap anak di antaranya mengganggu kesehatan mental, mengundang perilaku buruk, hingga penurunan nilai akademis di sekolah.
Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan anak dalam bernalar, menggunakan angka, mencerna pola logis atau numeris, dan menganalisis hubungan sebab akibat.
White noise adalah suara yang menyamarkan kebisingan di lingkungan sekitar. White noise dianggap sebagai lantunan "nina bobo" yang ampuh tidurkan bayi. Apa saja pro dan kontranya?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved