Tumbuh kembang anak hidrosefalus biasanya mengalami berbagai batasan karena terlahir dengan kondisi otak yang rusak. Gangguannya dapat berupa autisme, sulit belajar, masalah bicara, dll.
3.5
(4)
31 Jul 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Hidrosefalus menyebabkan anak mengalami masalah dalam koordinasi fisik
Table of Content
Jika Anda mencurigai anak terkena hidrosefalus, segera periksakan ia ke dokter. Pasalnya, hidrosefalus dapat mengganggu tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.
Advertisement
Gejala hidrosefalus pun cukup mudah dikenali, yakni lingkar kepala anak yang terlihat lebih besar dari anak-anak seusianya pada umumnya. Kondisi ini disebabkan oleh menumpuknya cairan (cerebrospinal fluid atau CSF) di otak.
Ketika penumpukkan CSF tidak segera ditangani, kondisi itu akan mengintervensi suplai darah ke otak. Awalnya, hal ini mengakibatkan anak sering merasa lelah, rewel, dan mengantuk. Jika dibiarkan terus-menerus, tekanan dari CSF akan mengakibatkan kerusakan otak.
Mayoritas bayi yang lahir dengan hidrosefalus bawaan (kongengital) akan memiliki peluang hidup yang sama besarnya dengan bayi normal pada umumnya. Hanya saja dalam fase tumbuh kembang anak, ia akan mengalami berbagai batasan, terutama karena bayi memang sudah terlahir dalam kondisi otak yang rusak.
Beberapa gangguan dalam tumbuh kembang anak yang lahir dengan hidrosefalus, di antaranya adalah:
Meskipun demikian, anak yang didiagnosis menderita hidrosefalus bisa menjalani serangkaian terapi dan metode pengobatan agar dapat menjalani hidup dengan lebih berkualitas. Perawatan untuk anak penderita hidrosefalus akan melibatkan tenaga medis dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari dokter, terapis, hingga guru bagi anak berkebutuhan khusus.
Semua hal tersebut dilakukan demi menjaga agar tumbuh kembang anak tidak terpaut jauh dengan anak seusianya. Jika hidrosefalus tidak segera ditangani, akibatnya bisa fatal, bahkan sampai berakibat kematian.
Tujuan penanganan hidrosefalus bukan untuk menyembuhkan, namun untuk memperbaiki kualitas hidup penderitanya. Berikut adalah beberapa cara menangani hidrosefalus yang dapat dilakukan:
Dokter biasanya akan merekomendasikan operasi penyisipan selang di dalam otak untuk mengeluarkan cairan berlebih. Sistem selang ini berfungsi mengalihkan CSF dari otak ke area lain di tubuh agar dapat diserap oleh aliran darah seperti dalam kondisi normal.
Sistem ini membutuhkan alat yang terdiri dari selang plastik elastis (kateter) dan kran. Salah satu ujung kateter ditempatkan di rongga otak (ventrikel) yang berisi cairan, sedangkan ujung lainnya ditempatkan di area tubuh yang akan menjadi tempat pembuangan cairan CSF, misalnya rongga jantung. Sedangkan kran bertugas memastikan aliran air hanya berlangsung satu arah.
Meskipun demikian, sistem kateter ini bisa saja mengalami malfungsi sehingga harus segera diganti secara keseluruhan. Malfungsi tersebut bisa berupa kegagalan mekanis, infeksi, obstruksi cairan lain, atau keharusan agar selang diperpanjang atau diperpendek sesuai kebutuhan.
Dalam prosedur ini, dokter menggunakan kamera kecil yang dilengkapi dengan teknologi fiber optik (neuroendoskopi) untuk melihat kondisi permukaan ventrikel yang tergenang CSF. Setelah itu, alat yang lebih kecil lagi akan digunakan dokter untuk melubangi dinding ventrikel sehingga CSF bisa keluar dari lubang itu dan mengalir keluar dari otak.
Jika anak masih mengalami hidrosefalus atau sempat sembuh kemudian kembali hidrosefalus, maka dokter akan menyarankan anak menjalani pemasangan kateter. Pasalnya, operasi endoskopi ventrikulostomi tidak bisa dilakukan secara berulang.
Baca Juga
Anda tidak bisa mencegah terjadinya hidrosefalus pada anak. Hanya saja, Anda bisa menurunkan risiko anak terkena hidrosefalus dengan melakukan langkah-langkah berikut:
Sangat penting untuk selalu memantau tumbuh kembang anak dan memastikan ia bisa mencapai target perkembangannya (milestones) secara tepat waktu. Pasalnya, anak yang menderita hidrosefalus akan mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif maupun fisiknya. Jangan lupa juga untuk selalu mengukur lingkar kepala anak Anda, setidaknya di tahun pertama usianya.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Beda anak speech delay dan autis dapat dideteksi dari beberapa aspek, mulai dari kemampuan menggunakan kata, bentuk komunikasi, hingga merespons reaksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia lekat dengan kita. Bisa saja faktor tersebut penting namun tidak kita sadari atau kita anggap angin lalu.
Autism spectrum disorder adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, bersosialisasi, dan belajar seorang anak. Tanda ASD bisa muncul pada tahun pertama kehidupan anak, namun sebagian lain justru baru menunjukkan gejala ketika berusia 18-24 bulan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh Tim Dokter Sehatq
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Rahmita Dewi
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved